Tiga tahun berjalan, Program Sarjana Mendidik di Daerah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal (SM3T) dinilai efektif sebagai solusi pemenuhan guru bermutu di wilayah tersebut.
Jakarta, Kemdikbud--- Tiga tahun berjalan, Program Sarjana Mendidik di Daerah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal (SM3T) dinilai efektif sebagai solusi pemenuhan guru bermutu di wilayah tersebut.
Harapan agar program ini terus berlanjut mengemuka dalam Silaturahim Nasional SM3T yang berlangsung di Jakarta, 17-19 September 2014. Silaturahim diikuti seribu lebih peserta yang merupakan wakil dari 8.000 orang yang telah menuntaskan pengabdian di wilayah 3T selama setahun dan kemudian mengikuti Pendidikan Profesi Guru (PPG) berasrama.
Dalam acara yang dihadiri Wakil Presiden Boediono, serta para rektor penyelenggara SM3T, terungkap, betapa kehadiran para pendidik muda itu telah menggairahkan dan membangkitkan kesadaran daerah tentang arti penting pendidikan.
Sekretaris Daerah Lanny Jaya, Prop. Papua, Kristian Soholait, mengungkapkan betapa berartinya kehadiran guru SM3T di daerahnya. "Tercatat kami punya 380 guru, tapi secara fisik yang ada hanya 80, karena berbagai sebab. Maka, ketika tahun lalu datang 65 orang guru SM3T yang tidak hanya mengajar di sekolah, tapi mendatangi anak-anak agar mau belajar ke sekolah, kami sangat terbantu," katanya.
Meskipun daerahnya dalam beberapa waktu terakhir disebutnya menghangat lantaran beberapa kali terjadi kontak senjata, pihaknya menjamin guru-guru SM3T aman. "Itu karena mereka dibutuhkan oleh siapa saja. Itulah kenapa, ketika mereka pulang setelah setahun mengabdi, anak-anak menangis lebih dari kehilangan orang tua," ungkap mantan Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Lanny Jaya ini.
Karena itu, Sekda berharap program ini berlanjut. "Pemerintahan boleh berganti, tapi kalau program SM3T dihentikan, anak-anak kami yang sudah mulai giat ke sekolah bagaimana?" ungkapnya seraya menyatakan kesiapannya untuk menerima para peserta SM3T yang telah menyelesaikan PPG bisa kembali ke wilayahnya.
Mendikbud Mohamma Nuh menyampaikan hal serupa. "Sebenarnya 3.000 orang per tahun yang selama ini diterjunkan itu masih perlu ditambah. Namun jika program ini terus berlanjut, 15-20 tahun mendatang, sentuhan kemanusiaan yang dilakukan SM3T akan dapat dipetik buahnya secara lebih nyata," katanya.
Nuh menilai apa yang dilakukan para peserta SM3T terhadap anak-anak usia sekolah di daerah pelosok itu sebagai sentuhan kemanusiaan. "Ketika seorang SM3T berjilbab memeluk erat anak sekolah Injil yang menangis karena mendengar kabar akan ditinggalkan, tidak ada lagi sekat agama dan adat istiadat. Yang ada adalah sentuhan kemanusiaan seorang pendidik muda terhadap sesama anak bangsa," kata Mendikbud yang mengaku tiga kali film pendek dengan adegan itu diputar di hadapan tiga orang yang berbeda, selalu yang menyaksikan berlinang air mata haru.
Nuh mengungkapkan, sebagai upaya untuk merawat masa depan SM3T, lewat koordinasi dengan Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemen PAN RB) pihaknya mulai tahun ini melakukan seleksi guru pegawai negeri sipil (PNS) dengan jatah khusus untuk alumni SM3T melalui sistem tersendiri. "Selain itu, tersedia beasiswa bagi alumni SM3T untuk menyelesaikan pendidikan pada jenjang magister dan doktor," kata Mendikbud.
Program SM3T diterjunkan kali pertama dengan 2.400 peserta pada November 2011 ke berbagai pelosok negeri.Kini SM3T telah memasuki angkatan ke-4. Diseleksi dan dibekali di 21 LPTK (Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan), mereka diterjunkan dan mengabdi di wilayah tersebut selama setahun, setelah itu kembali ke LPTK, mengikuti PPG berasrama, mereka mengikuti PPG selama dua semester. Selama mengabdi di daerah 3T dan menjalankan PPG mereka mendapatkan bantuan dari Pemerintah.
Nuh menyebutkan, SM3T merupakan solusi sementara terhadap persoalan kekurangan guru di daerah 3T. Pada saat yang bersamaan, Kemdikbud menyelenggarakan Pendidikan Profesi Guru Terintegrasi (PPGT) dengan merekrut dan menyiapkan lulusan SMA/SMK dari daerah 3T untuk dididik selama lima tahun di LPTK, dan kelak setelah lulus bertugas sebagai guru, membangun daerah masing-masing. Kombinasi solusi sementara (SM3T) dan solusi permanen (PPGT) ini dipayungi oleh program Maju Bersama Mencerdaskan Indonesia (MBMI).
Jakarta, Kemdikbud--- Tiga tahun berjalan, Program Sarjana Mendidik di Daerah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal (SM3T) dinilai efektif sebagai solusi pemenuhan guru bermutu di wilayah tersebut.
Harapan agar program ini terus berlanjut mengemuka dalam Silaturahim Nasional SM3T yang berlangsung di Jakarta, 17-19 September 2014. Silaturahim diikuti seribu lebih peserta yang merupakan wakil dari 8.000 orang yang telah menuntaskan pengabdian di wilayah 3T selama setahun dan kemudian mengikuti Pendidikan Profesi Guru (PPG) berasrama.
Dalam acara yang dihadiri Wakil Presiden Boediono, serta para rektor penyelenggara SM3T, terungkap, betapa kehadiran para pendidik muda itu telah menggairahkan dan membangkitkan kesadaran daerah tentang arti penting pendidikan.
Sekretaris Daerah Lanny Jaya, Prop. Papua, Kristian Soholait, mengungkapkan betapa berartinya kehadiran guru SM3T di daerahnya. "Tercatat kami punya 380 guru, tapi secara fisik yang ada hanya 80, karena berbagai sebab. Maka, ketika tahun lalu datang 65 orang guru SM3T yang tidak hanya mengajar di sekolah, tapi mendatangi anak-anak agar mau belajar ke sekolah, kami sangat terbantu," katanya.
Meskipun daerahnya dalam beberapa waktu terakhir disebutnya menghangat lantaran beberapa kali terjadi kontak senjata, pihaknya menjamin guru-guru SM3T aman. "Itu karena mereka dibutuhkan oleh siapa saja. Itulah kenapa, ketika mereka pulang setelah setahun mengabdi, anak-anak menangis lebih dari kehilangan orang tua," ungkap mantan Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Lanny Jaya ini.
Karena itu, Sekda berharap program ini berlanjut. "Pemerintahan boleh berganti, tapi kalau program SM3T dihentikan, anak-anak kami yang sudah mulai giat ke sekolah bagaimana?" ungkapnya seraya menyatakan kesiapannya untuk menerima para peserta SM3T yang telah menyelesaikan PPG bisa kembali ke wilayahnya.
Mendikbud Mohamma Nuh menyampaikan hal serupa. "Sebenarnya 3.000 orang per tahun yang selama ini diterjunkan itu masih perlu ditambah. Namun jika program ini terus berlanjut, 15-20 tahun mendatang, sentuhan kemanusiaan yang dilakukan SM3T akan dapat dipetik buahnya secara lebih nyata," katanya.
Nuh menilai apa yang dilakukan para peserta SM3T terhadap anak-anak usia sekolah di daerah pelosok itu sebagai sentuhan kemanusiaan. "Ketika seorang SM3T berjilbab memeluk erat anak sekolah Injil yang menangis karena mendengar kabar akan ditinggalkan, tidak ada lagi sekat agama dan adat istiadat. Yang ada adalah sentuhan kemanusiaan seorang pendidik muda terhadap sesama anak bangsa," kata Mendikbud yang mengaku tiga kali film pendek dengan adegan itu diputar di hadapan tiga orang yang berbeda, selalu yang menyaksikan berlinang air mata haru.
Nuh mengungkapkan, sebagai upaya untuk merawat masa depan SM3T, lewat koordinasi dengan Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemen PAN RB) pihaknya mulai tahun ini melakukan seleksi guru pegawai negeri sipil (PNS) dengan jatah khusus untuk alumni SM3T melalui sistem tersendiri. "Selain itu, tersedia beasiswa bagi alumni SM3T untuk menyelesaikan pendidikan pada jenjang magister dan doktor," kata Mendikbud.
Program SM3T diterjunkan kali pertama dengan 2.400 peserta pada November 2011 ke berbagai pelosok negeri.Kini SM3T telah memasuki angkatan ke-4. Diseleksi dan dibekali di 21 LPTK (Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan), mereka diterjunkan dan mengabdi di wilayah tersebut selama setahun, setelah itu kembali ke LPTK, mengikuti PPG berasrama, mereka mengikuti PPG selama dua semester. Selama mengabdi di daerah 3T dan menjalankan PPG mereka mendapatkan bantuan dari Pemerintah.
Nuh menyebutkan, SM3T merupakan solusi sementara terhadap persoalan kekurangan guru di daerah 3T. Pada saat yang bersamaan, Kemdikbud menyelenggarakan Pendidikan Profesi Guru Terintegrasi (PPGT) dengan merekrut dan menyiapkan lulusan SMA/SMK dari daerah 3T untuk dididik selama lima tahun di LPTK, dan kelak setelah lulus bertugas sebagai guru, membangun daerah masing-masing. Kombinasi solusi sementara (SM3T) dan solusi permanen (PPGT) ini dipayungi oleh program Maju Bersama Mencerdaskan Indonesia (MBMI).
Sumber: kemendikbud
0 Response to "SM3T, Sentuhan Kemanusiaan yang Diharapkan Berlanjut"
Post a Comment
Terima Kasih Telah Berkunjung di Pustaka Pandani
Silahkan komentar anda,
Salam
Irfan Dani, S. Pd.Gr