Jakarta, Kemdikbud--- Melalui Payung besar Maju Bersama Mencerdaskan Indonesia (MBMI), Kemdikbud memberi harapan baru bagi daerah terdepan, terluar, dan tertinggal (3T). Program SM3T yang kini memasuki angkatan keempat, telah mengirimkan lebih dari 10.000 sarjana ke wilayah 3T untuk menjangkau anak-anak bangsa yang berada jauh dari pusat kota, pusat pemerintahan, guna mendapatkan pendidikan.
Kabupaten Lanny Jaya, Papua, sebuah kabupaten yang berada di paling timur Indonesia, merupakan salah satu wilayah yang jauh dari pusat pemerintahan dan belum tersentuh pendidikan yang layak. Tapi sejak tahun 2013, kabupaten ini telah membuka diri dan menerima 50 peserta SM3T untuk mendidik anak-anak mereka.
Sekretaris Daerah Kabupaten Lanny Jaya, Christian Sohilait, setahun lalu daerahnya mendapat 32 guru dari Universitas Negeri Riau dan 18 guru dari Universitas Negeri Medan (Unimed).
Pemerintah daerah Lanny Jaya memberi perhatian penuh kepada guru SM3T. Menurutnya, kehadiran guru SM3T merupakan berkah bagi mereka untuk menciptakan sumber daya manusia anak Papua yang berdaya saing. “Program ini sangat jenius,” kata Christian saat berkesampatan menyampaikan testimoni di hadapan Mendikbud dan 1.500 peserta SM3T, di Hotel Bidakara, Jakarta, Rabu (17/9) malam.
Dikatakannya, perhatian Pemda Lanny Jaya kepada guru SM3T telah dilakukan sejak dirinya belum menjabat sebagai sekretaris daerah. Sebelumnya, Christian adalah kepala dinas pendidikan Kab. Lanny Jaya, sehingga ia tahu persis bagaimana kehadiran SM3T memberi harapan bagi daerahnya untuk maju.
Kepada guru SM3T yang bertugas di daerahnya, Christian meminta kepada mereka untuk total membina anak-anak Lanny Jaya. “Kasih anak Papua waktu 15-16 jam dari 24 jam waktumu dan 8-9 jam lainnya silakan untuk kehidupanmu,” katanya.
Sebagai bentuk keseriusan Pemda Lanny Jaya, Christian menambahkan, para guru alumni SM3T di daerahnyaia panggil kembali untuk mengajar disana. “Kami biayai sendiri dan kami beri mereka tunjangan Rp5 juta per bulan,” katanya.
Tak hanya Pemda yang menerima manfaat Program SM3T, Yudin Ainusi, Kepala Kampung Nij, Momi Waren, Manokwari, Papua Barat, ini merasakan betapa kehadiran SM3T begitu berharga bagi dirinya dan anak-anaknya.
Pria berusia 48 tahun ini sangat berterima kasih karena dengan adanya guru SM3T, ia kini sudah bisa membaca dan menulis.
Yudin tidak pernah patah semangat untuk berangkat ke sekolah berjalan kaki tiap hari yang jaraknya tujuh kilometer dari kampungnya. Alasannya ia kemukakan di hadapan Wakil Presiden Boediono, dalam kalimat terpatah-patah.
“Saya ingin bersekolah agar bisa membaca, menulis, dan mendapatkan ijazah. Saya ingin menjadi contoh bagi generasi muda di kampung, bahwa orang dari Kampung Nij bisa seperti orang-orang di luar sana,” katanya.
Yudin mengatakan, ia meluangkan waktunya untuk sekolah disela-sela pekerjaannya bertani. Ketika ia berangkat ke sekolah, maka anak istrinya yang akan menggantikanpekerjaannya.
Hal sama juga diakui Jaelani, guru SDN Melidi, Simpang Jernih, Aceh. Dikatakannya, jika tidak ada guru-guru SM3T, ia amat yakin 80 persen sekolah di daerahnya tutup. “Kami sangat bersyukur ada guru SM3T. Mereka bukan hanya mengajar tapi melakukan transfer ilmu kepada guru yang ada di daerah kami. Kami sungguh sangat terbantu. Metodologi pembelajaran yang mereka bawa sungguh luar biasa. Anak-anak kini jadi senang ke sekolah,” katanya.
Kabupaten Lanny Jaya, Papua, sebuah kabupaten yang berada di paling timur Indonesia, merupakan salah satu wilayah yang jauh dari pusat pemerintahan dan belum tersentuh pendidikan yang layak. Tapi sejak tahun 2013, kabupaten ini telah membuka diri dan menerima 50 peserta SM3T untuk mendidik anak-anak mereka.
Sekretaris Daerah Kabupaten Lanny Jaya, Christian Sohilait, setahun lalu daerahnya mendapat 32 guru dari Universitas Negeri Riau dan 18 guru dari Universitas Negeri Medan (Unimed).
Pemerintah daerah Lanny Jaya memberi perhatian penuh kepada guru SM3T. Menurutnya, kehadiran guru SM3T merupakan berkah bagi mereka untuk menciptakan sumber daya manusia anak Papua yang berdaya saing. “Program ini sangat jenius,” kata Christian saat berkesampatan menyampaikan testimoni di hadapan Mendikbud dan 1.500 peserta SM3T, di Hotel Bidakara, Jakarta, Rabu (17/9) malam.
Dikatakannya, perhatian Pemda Lanny Jaya kepada guru SM3T telah dilakukan sejak dirinya belum menjabat sebagai sekretaris daerah. Sebelumnya, Christian adalah kepala dinas pendidikan Kab. Lanny Jaya, sehingga ia tahu persis bagaimana kehadiran SM3T memberi harapan bagi daerahnya untuk maju.
Kepada guru SM3T yang bertugas di daerahnya, Christian meminta kepada mereka untuk total membina anak-anak Lanny Jaya. “Kasih anak Papua waktu 15-16 jam dari 24 jam waktumu dan 8-9 jam lainnya silakan untuk kehidupanmu,” katanya.
Sebagai bentuk keseriusan Pemda Lanny Jaya, Christian menambahkan, para guru alumni SM3T di daerahnyaia panggil kembali untuk mengajar disana. “Kami biayai sendiri dan kami beri mereka tunjangan Rp5 juta per bulan,” katanya.
Tak hanya Pemda yang menerima manfaat Program SM3T, Yudin Ainusi, Kepala Kampung Nij, Momi Waren, Manokwari, Papua Barat, ini merasakan betapa kehadiran SM3T begitu berharga bagi dirinya dan anak-anaknya.
Pria berusia 48 tahun ini sangat berterima kasih karena dengan adanya guru SM3T, ia kini sudah bisa membaca dan menulis.
Yudin tidak pernah patah semangat untuk berangkat ke sekolah berjalan kaki tiap hari yang jaraknya tujuh kilometer dari kampungnya. Alasannya ia kemukakan di hadapan Wakil Presiden Boediono, dalam kalimat terpatah-patah.
“Saya ingin bersekolah agar bisa membaca, menulis, dan mendapatkan ijazah. Saya ingin menjadi contoh bagi generasi muda di kampung, bahwa orang dari Kampung Nij bisa seperti orang-orang di luar sana,” katanya.
Yudin mengatakan, ia meluangkan waktunya untuk sekolah disela-sela pekerjaannya bertani. Ketika ia berangkat ke sekolah, maka anak istrinya yang akan menggantikanpekerjaannya.
Hal sama juga diakui Jaelani, guru SDN Melidi, Simpang Jernih, Aceh. Dikatakannya, jika tidak ada guru-guru SM3T, ia amat yakin 80 persen sekolah di daerahnya tutup. “Kami sangat bersyukur ada guru SM3T. Mereka bukan hanya mengajar tapi melakukan transfer ilmu kepada guru yang ada di daerah kami. Kami sungguh sangat terbantu. Metodologi pembelajaran yang mereka bawa sungguh luar biasa. Anak-anak kini jadi senang ke sekolah,” katanya.
Sumber: Kemendikbud
0 Response to "Guru SM-3T Berkah Buat Kami"
Post a Comment
Terima Kasih Telah Berkunjung di Pustaka Pandani
Silahkan komentar anda,
Salam
Irfan Dani, S. Pd.Gr