Oleh: Suarman, M. Pd
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang Masalah
Perubahan iklim global pada prinsipnya disebabkan oleh
naiknya gas-gas karbondioksida, gas metan, dan gas-gas lain pada beberapa
dekade ini. Gas-gas tersebut secara normal yang berada dalam jumlah kecildi
atmosfer dapat meneruskan cahaya matahari sehingga menghangatkan permukaan
bumi. Namun, gas-gas tersebut beserta uap air menahan pantulan energi panas
dari bumi sehingga memperlambat pengeluaran panas bumi ke angkasa. Gas-gas ini
dikenal dengan sebutan gas-gas rumah kaca karena mereka berfungsi seperti kaca
yang meneruskan cahaya matahari tetapi menangkap energi panas dari dalamnya.
Semakin tebal konsentrasi gasnya, semakin banyak panas bumiyang tertahan di
permukaan sehingga meningkatkan suhu udara yang dekat dengan permukaan bumi
(Jatna Supriatna dalam Fachrudin M. Mangunjaya, 2008).
Efek rumah kaca menurut Jatna Supriatna, sangat penting
dalam memelihara kehidupan, tanpa adanya efek ini maka suhu permukaan bumi akan
turun drastis. Sayangnya bahwa selama 100 tahun terakhir ini, tingkat gas-gas
tersebut meningkat tajam disebabkan oleh penggunaan sumber energi fosil seperti
minyak bumi, batubara dan gas alam mengalami kenaikan. Di samping itu adanya
penggundulan hutan dan pembakaran hutan untuk tanah pertanian. Apabila suhu ini
berubah di kawasan laut yang luas seperti di kawasan Pasifik, akibatnya akan
terlihatdi kawasa-kawasan sekitarnya seperti Asia Tenggara, Pasifik dan sampai
Amerika Selatan.
Di sisi lain, fenomena perubahan lingkungan pada akhir-akhir
ini menjadi suatu kejadian yang menyetak pemikiran kita. Beberapa kejadian
musibah di negeri ini yang diakibatkan menurunnya kualitas lingkungan
menyebabkan kita berpikir kebelakang dan menghubungkan kejadian tersebut dengan
proses pendidikan selama ini. Musibah hutan gundul menyebabkan erosi yang
mengakibatkan banyak korban dikarenakan longsoran ke daerah pemukiman padat
penduduk, permasalahan polusi udara di kota besar dikarenakan banyaknya
penggunaan kendaraan bermotor, sikap penduduk yang masih membuang sampah
sembarangan dan masih banyak penyimpangan perilaku yang dapat menurunkan
kualitas lingkungan.
Permasalahan diatas membuat kita berpikir apakah kepedulian
masyarakat akan lingkungan sedang mengalami krisis, apakah selama ini
pendidikan yang mengupayakan peningkatan kepedulian masyakat masih kurang atau
kurang optimum. Hal tersebut yang menyebabkan kita harus berpikir bagaimana
upaya-upaya yang perlu di tempuh agar masyarakat dapat meningkat kepeduliaannya
terhadap lingkungan.
Kita sebagai orang yang bergerak dalam dunia pendidikan
berupaya melalui bidang yang kita tekuni bagaimana mengatasi permasalahan
lingkungan hidup yang dari hari ke hari kualitasnya semakin menurun. Salah satu
pemikiran kita adalah bagaimana memberikan pendidikan kepada masyarakat
mengenai pendidikan lingkungan hidup.
Berdasarkan definisi, pendidikan lingkungan merupakan suatu
proses yang bertujuan membentuk perilaku, nilai dan kebiasaan untuk menghargai
lingkungan hidup. Dengan definisi diatas kita dapat menyimpulkan bahwa
pendidikan lingkungan hidup harus diberikan sejak dini kepada anak-anak kita,
dan yang paling penting pendidikan lingkungan hidup harus berdasarkan
pengalaman langsung bersentuhan dengan lingkungan hidup sehingga diharapkan
pengalaman langsung tersebut dapat membentuk perilaku, nilai dan kebiasaan
untuk menghargai lingkungan (Wahyu Surakusumah, 2010).
Selanjutnya menurut Wahyu (2010), bila kita potret anak-anak
sekarang cenderung memiliki kesempatan yang sangat terbatas bersentuhan
langsung dengan lingkungan hidup, kita bisa lihat anak-anak kita seolah-olah
mempunyai dunia sendiri, ketika mereka beristirahat mereka ada di rumah asyik
menonton TV, ketika berekreasi lebih senang berada di mall dengan berbagai
macam permainan, ketika pergi kesekolah mereka naik kendaraan , ketika di
sekolah mereka cenderung ada di dalam kelas sehingga anak-anak tersebut
terisolasi. Dengan melihat kondisi tersebut anak-anak sangat kritis dalam hal
bersentuhan langsung dengan lingkungan hidup dan hal tersebut dapat menyebabkan
pengaruh negatif terhadap perkembangan perilaku dan kebiasaan untuk memandang lingkungan
hidup sebagai hal yang perlu dipelihara dan dipertahankan keberadaannya.
2. Rumusan Masalah
Cukup banyak usaha yang telah dilakukan oleh pemerintah
untuk pengembangan pendidikan lingkungan hidup di Indonesia. Akan tetapi
pendidikan lingkungan hidup yang dilakukan lebih dominan dalam kegiatan
pendidikan non formal, sedangkan pada pendidikan formal belum mendapatkan
tempat yang layak. Permasalahan yang muncul ketika mengintegrasikan pendidikan
lingkungan hidup ke dalam kurikulum belum ada model pembelajaran yang dapat
diterapkan, sehingga pelaksanaan pengintegrasian pendidikan lingkungan hidup ke
dalam kurikulum di sekolah seolah menemui jalan buntu. Makalah ini hadir untuk
mengungkapkan bagaimana sebaiknya pengintegrasian pendidikan lingkungan hidup
ke dalam kurikulum sehingga penanaman nilai-nilai cinta lingkungan di sekolah
dapat terwujud seperti yang kita harapkan. Dalam makalah ini akan
dibahas sejarah perkembangan pendidikan lingkungan hidup di Indonesia,
bagaimana sebaiknya desain dan pengembangan kurikulum agar tujuan pendidikan
nasional dapat terwujud. Di samping itu akan dibahas pula bagaimana merancang
program pengembangan sekolah berwawasan lingkungan.
0 Response to "PROBLEMATIKA PENGINTEGRASIAN PENDIDIKAN LINGKUNGAN KE DALAM KURIKULUM DAN PENANAMAN NILAI-NILAI CINTA LINGKUNGAN DI SEKOLAH"
Post a Comment
Terima Kasih Telah Berkunjung di Pustaka Pandani
Silahkan komentar anda,
Salam
Irfan Dani, S. Pd.Gr