Pengajaran berbasis proyek/tugas terstruktur (Project-Based Learning) membutuhkan suatu pendekatan pengajaran
komprehensif di mana lingkungan belajar siswa disain agar siswa dapat melakukan
penyelidikan terhadap masalah-masalah autentik termasuk pendalaman materi dari
suatu topik mata pelajaran, dan melaksanakan tugas bermana lainnya. Pendekatan
ini memperkenankan siswa untuk bekerja secara mandiri dalam mengkostruksikannya
dalam produk nyata (Buck Institue for Eduction, 2001).
Siswa diberikan tugas/proyek yang kompleks, sulit, lengkap, tetapi
realistis/autentik dan kemudian diberikan bantuan secekupnya agar mereka dapat
menyelesaikan tugas mereka (bukan diajar sedikit demi sedikit komponen-komponen
suatu tugas kompleks yang padu suatu diharapkan akan terwujud menjadi suatu
kemampuan untuk menyelesaikan tugas kompleks tersebut). Prinsip ini digunakan
untuk menunjang pemberian tugas kompleks di kelas seperti proyek, simulasi,
penyelidikan masyarakat, menulis untuk disajikan kepada forum pendengar yang
sesungguhnya, dan tugas-tugas autentik lainnya. Istilah situated learning
(Prawat, 1992) digunakan untuk menggambarkan pembelajaran yang terjadi di dalam
kehidupan nyata, tugas-tugas outentik/asli yang sebenarnya.
Tidak memandang apakah suatu tugas harus dikerjaklan sebagai pekerjaan
kelas atau sebagai pekerjaan rumah, empat prinsip berikut ini akan membantu
siswa dalam perjalana mereka menjadi pembelajar mandiri yang efektif.
- Membuat tugas bermakna, jelas,
dan menantang
Salah satu tantangan paling sukar yang dihadapi guru pada saat mereka
menggunakan pekerjaan kelas atau pekerjaan rumah adalah menjaga siswa tetap
terlibat. Pada saat bekerja sendiri, sangat mudah bagi sisa untuk kehilangan
minat dan melalukan tindakan yang tidak relevan, khususnya apabila tugas-tugas
itu rutin.
Kebanyakan guru setuju bahwa tugas pekerjaan kelas dan pekerjaan rumah
mandiri yang dapat mempertahankan keterlibatan siswa memiliki tujuan yang
jelas. Siswa perlu mengetahui dengan tepat apa yang mereka harus kerjakan,
mengapa mereka mengerjakan pekerjaan itu, dan apa yang dibutuhkanuntuk
menyelsaikan pekerjaan itu. Siswa-siswa itu tetap berada dalam tugas selama
pekerjaan kelas dan menyelesaikan pekerjaan rumah apabila mereka menyikapi
tugas-tugas tersebut secar bermakna.
Linda Anderson (1985) menunjukan bahwa guru jarang menaruh perhatian pada
tujuan pekerjaan kelas atau strategi-strategi belajar yang telibat. Sebaliknya,
guru menekankan pada arahan-arahan procedural. Sebagai contoh guru dpat
menghabiskan waktu banyak menjelaskan kepad siswa di mana menulis nama di
kertas atau bagaimana menyusun jawaban-jawabannya. Sementar petunjuk-petunjuk
tentang “apa yang dilakukan” adalah penting guru tidak menyertakan penjelasan
tentang “mengapa” sesuatu harus dikerjakan dan proses-proses pembelajaran yang
terlibat. Sebelum memberikan suatu tugas, guru hendaknya mempertimbangkan cirri
penting itu secara seksama dan kemudian menyediakan waktu cukupuntuk
menjelaskan cirri penting itu kepada siswa.
- Menganekaragamkan Tugas-tugas
Sama dengan kehidupan pada umumnya, keanekaragaman menambah daya tarik
tugas pekerjaan kelas dan pekerjaan rumah.siswa kemungkinan besar ttap
terlibata dan mengerjakan pekerjaan mereka jika tugas-tugas lebih bervariasi
dan menarik daripada rutindan monoton. Guru yang efektif mengubah panjang dan
cara tugas yang diberikan di samping hakikat tugas beljar dan strategi-strategi
kognitif yang telibat. Membaca di dalam hati, laporan proyek-proyek khusus, dan
bahan-bahan multimedia menawarkn berbagai macam cara untuk menyelesaikan
pekerjaan mandiri. Pilihan kemungkinan tidak terbatas dan tidak aka alasan bagi
guru untuk membuat jenis tugas yang sama dari hari ke hari.
- Menaruh Perhatian pada Tingkat
Kesulitan
Menetapkan tingkat kesulitan yang cocok atas tugas-tugas yang diberikan
kepada siswa merupakan suatu bahan baku
penting untuk keterlibatan berkelanjutan yang dibutuhkan untuk penyelesaian
tugas-tugas tersebut. Apabila siswa diharapkan untuk bekerja secara mandiri,
tugas tesebut sehrusnya memiliki tingkat kesulitan yang menjamin kemungkinan
berhasil tinggi. Siswa tidak akan tertantang ketika tugas-tugas yang diberikan
guru terlalu mudah. Mereka menyikapi tugas-tugas seperti sebagai pekerjaan yang
tidak menantang. Pada umumnya tugas yang baik perlu memiliki tingkat kesulitan
cukup sehingga kebanyakan siswa memandangnya sebagai sesuatu yang menantang,
namun cukup mudah sehingga kebanyakan siswa akan menemukan pemecahannya dan
mengerjakan tugas tersebut atas jerih payah sendiri.
- Memonitor Kemajuan Siswa
Akhirnya, merupakan hal penting bagi guru untuk memonitor tugas-tugas
pekerjaan kelas dan pekerjaan rumah. Monitoring hendaknya meliputi pengecekan
untuk mengetahui apakah siswa memahami tugas mereka dan proses-proses kognitif
yang telibat. Monitoring ini juga termasuk pengecekan pekerjaan siswa dan
mengembalikan tugas dengan umpan balik. Pad saat beberfapa siswa diberikan
pekerjaan kelas, maka guru dapat bekerja dengan siswa lain.a dianjurkan agar
guru menyediakan waktu 5 atau 10 menit untuk berkeliling di antara siswa yang
bekerja untuk memastikan apakah mereka memahami tugas tersebut sebelum
menangani siswa-siswa lain. Apabila siswa bekerja dalam kelompok-kelompok, maka
guru hendaknya berada dalam kelompok-kelompok tersebut secara bergantian dan
berkeliling di antara siswa yang bekerja secara mandiri. Meskipun mengoreksi
tugas menghabiskan waktu, hendaknya guru mengoreksi pekerjaan yang dibuat siswa
dan mengembalikan kepda mereka dengan umpan balik.
0 Response to "Pengajaran Berbasis Proyek/Tugas "
Post a Comment
Terima Kasih Telah Berkunjung di Pustaka Pandani
Silahkan komentar anda,
Salam
Irfan Dani, S. Pd.Gr