Membawa pelampung setiap bertugas adalah salah satu pedoman yang kerap dilanggar.
JAKARTA – Peserta Program Sarjana Mendidik di daerah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal (SM3T) harus mengikuti pedoman yang diberikan selama bertugas di tempat pengabdian. Pasalnya, umumnya para peserta menghadapi kondisi medan yang sulit dan ganas. Namun, tidak semua peserta SM3T berpegang pada pedoman.
Direktur Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristek Dikti) Supriadi Rustad, mengatakan hal tersebut kepada SH, Senin (30/3).
“Saya mengimbau, peserta SM3T menjalankan tugas sesuai pedoman,” katanya menjawab SH tentang pesannya pada para peserta SM3T Angkatan V yang akan bertugas menggantikan Angkatan IV pada paruh kedua tahun 2015.
Ia mencontohkan, salah satu pedoman yang harus diikuti para peserta adalah setiap kali bertugas di pulau, para peserta SM3T harus berbekal pelampung. Namun, tidak semua peserta mematuhi pedoman tersebut.
“Jika peserta sudah merasa akrab dengan lingkungan, rupanya peserta menjadi merasa tidak lagi perlu memakai pelampung, itu yang berbahaya,” ujar Supriadi.
Ia mengatakan, sebelum diberangkatkan, peserta SM3T telah dibekali persiapan khusus untuk menghadapi kondisi alam yang ganas di tempat mereka mengabdi. Menurut Supriadi, setiap peserta mengikuti sesi prakondisi untuk melatih ketahanan selama dua pekan. Sesi prakondisi diselenggarakan bekerja sama dengan Tentara Nasional Indonesia dan institusi sejenis.
Ia menambahkan, apabila ada kasus kecelakaan terkait peserta, setiap Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK) asal peserta tersebut yang memiliki kewajiban mengurus klaim asuransi. Demikian juga terkait kasus kecelakaan yang dialami Isnaeni, peserta asal Universitas Negeri Surabaya (Unesa), beberapa waktu silam ketika bertugas di Maluku Barat Daya.
“Terkait asuransi Isnaeni, wajib diurus LPTK asalnya, yakni Unesa,” kata Supriadi.
Peserta Meningkat
Sebelumnya, Kasubdit Program dan Evaluasi Direktorat Pendidik dan Tenaga Kependidikan Kemenristek Dikti, Agus Susilohadi, mengatakan jumlah peminat Program SM3T terus meningkat dari tahun ke tahun. Meski begitu, setiap tahun, Kemenristek Dikti mengalokasikan program untuk 3.000 peserta saja. Lantaran seleksi yang ketat, Agus menambahkan, dari target mendapatkan 3.000 peserta, yang benar-benar lolos seleksi biasanya hanya 2.800-2.900 peserta.
Lokasi pengabdian juga terus berkembang. Ia mencontohkan, Angkatan IV yang bertugas sejak 2014 telah disebar ke 54 kabupaten terpencil atau lebih besar dari tahun-tahun sebelumnya.
“Angkatan IV akan ditarik pulang pada sekitar September atau Oktober mendatang, untuk digantikan oleh SM3T Angkatan V,” kata Agus.
Direktur Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristek Dikti) Supriadi Rustad, mengatakan hal tersebut kepada SH, Senin (30/3).
“Saya mengimbau, peserta SM3T menjalankan tugas sesuai pedoman,” katanya menjawab SH tentang pesannya pada para peserta SM3T Angkatan V yang akan bertugas menggantikan Angkatan IV pada paruh kedua tahun 2015.
Ia mencontohkan, salah satu pedoman yang harus diikuti para peserta adalah setiap kali bertugas di pulau, para peserta SM3T harus berbekal pelampung. Namun, tidak semua peserta mematuhi pedoman tersebut.
“Jika peserta sudah merasa akrab dengan lingkungan, rupanya peserta menjadi merasa tidak lagi perlu memakai pelampung, itu yang berbahaya,” ujar Supriadi.
Ia mengatakan, sebelum diberangkatkan, peserta SM3T telah dibekali persiapan khusus untuk menghadapi kondisi alam yang ganas di tempat mereka mengabdi. Menurut Supriadi, setiap peserta mengikuti sesi prakondisi untuk melatih ketahanan selama dua pekan. Sesi prakondisi diselenggarakan bekerja sama dengan Tentara Nasional Indonesia dan institusi sejenis.
Ia menambahkan, apabila ada kasus kecelakaan terkait peserta, setiap Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK) asal peserta tersebut yang memiliki kewajiban mengurus klaim asuransi. Demikian juga terkait kasus kecelakaan yang dialami Isnaeni, peserta asal Universitas Negeri Surabaya (Unesa), beberapa waktu silam ketika bertugas di Maluku Barat Daya.
“Terkait asuransi Isnaeni, wajib diurus LPTK asalnya, yakni Unesa,” kata Supriadi.
Peserta Meningkat
Sebelumnya, Kasubdit Program dan Evaluasi Direktorat Pendidik dan Tenaga Kependidikan Kemenristek Dikti, Agus Susilohadi, mengatakan jumlah peminat Program SM3T terus meningkat dari tahun ke tahun. Meski begitu, setiap tahun, Kemenristek Dikti mengalokasikan program untuk 3.000 peserta saja. Lantaran seleksi yang ketat, Agus menambahkan, dari target mendapatkan 3.000 peserta, yang benar-benar lolos seleksi biasanya hanya 2.800-2.900 peserta.
Lokasi pengabdian juga terus berkembang. Ia mencontohkan, Angkatan IV yang bertugas sejak 2014 telah disebar ke 54 kabupaten terpencil atau lebih besar dari tahun-tahun sebelumnya.
“Angkatan IV akan ditarik pulang pada sekitar September atau Oktober mendatang, untuk digantikan oleh SM3T Angkatan V,” kata Agus.
Sumber: sinarharapan
0 Response to "Tidak Semua Peserta SM3T Patuhi Pedoman"
Post a Comment
Terima Kasih Telah Berkunjung di Pustaka Pandani
Silahkan komentar anda,
Salam
Irfan Dani, S. Pd.Gr