PENGUMUMAN: Terhitung sejak tanggal 2 April 2016, pustaka.pandani.web.id tidak lagi kami update! kerena seluruh update terbaru kami dialihkan kesitus pak.pandani.web.id. Harap dimakulumi.

Wah Hebat! Anak TK Dan PAUD ini Taklukkan Puncak Gunung Marapi Sumbar

Mendaki gunung di saat libu­ran sekolah dan kuliah mungkin telah biasa dan banyak dilaku­kan pelajar dan mahasiswa. Namun jika yang mendaki itu adalah anak yang baru menge­nyam pendi­dikan di tingkat Taman Kanak-kanak (TK) dan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), itu sangatlah tidak lazim.

Tapi itu bukanlah suatu hal yang mustahil. Faktanya, dua anak yang baru berusia enam tahun dan empat tahun ternyata punya nyali juga untuk mendaki gunung. Tak tanggung-tanggung, kedua kakak beradik ini men­daki hingga ke puncak Gunung Marapi yang berketinggian 2.891 meter di atas permukaan laut (m dpl). Padahal kedua bocah itu baru pertama kalinya menjajal cadas dan puncak Marapi.

Mereka adalah Freizilla Luthfiona yang masih duduk di TK Nurul Huda Payakumbuh, serta Jafra Freizilla yang masih menempuh PAUD Nurul Huda Payakumbuh. Kedua anak pasa­ngan Amfreizer (38) dan Aprila Yensi (28), merupakan warga Kelu­rahan Aur Kuning Kecamatan Paya­kumbuh Selatan Kota Payakumbuh.

Freizilla Luthfiona atau yang akrab disapa Luthfi serta Jafra Frei­zilla yang akrab disapa Jafra mela­kukan pendakian pada Jumat 2 Ja­nuari 2015 dan turun gunung pada Ming­gu 4 Januari 2015. Selama mela­kukan pendakian, Luthfi dan Jafra ditemani oleh kedua orang­tuanya beserta kakak sepupu berna­ma Abel yang masih berusia 10 tahun.

Boleh dikatakan, proses pen­dakian langsung dilakukan oleh kedua anak itu, tanpa bantuan kedua orangtuanya. Bahkan kedua bocah itu sempat tertidur selama 30 menit di KM4 dalam hammock (tempat tidur gantung) saat istirahat dalam perjalan menuju cadas.

Mendaki gunung bagi anak-anak seusia Luthfi dan Jafra bukanlah suatu perkara mudah. Selain harus menghadapi medan yang berat penuh tantangan, cuaca ekstrim dan hawa yang sangat dingin, serta keselamatan jiwa menjadi taruhan terakhir, karena jurang yang sangat dalam siap me­nelan korban jika terpeleset.

Kondisi Gunung Marapi yang saat ini masih berstatus waspada (level 2) juga menjadi ancaman serius. Dalam status waspada, anca­man bahaya Marapi saat ini adalah terjadinya letusan yang bisa menge­luarkan gas vulkanik yang berbahaya bagi kehidupan. Selain itu, ancaman letusan abu lontar material pijar dan pasir juga membuat gunung ini harus dijauhi radius tiga kilometer dari puncak/kawah.

Namun terlalu kecil bagi Luthfi dan Jafra untuk memahami anca­man itu. Yang ada dalam benaknya adalah mendaki gunung sambil bermain. Sepanjang pendakian, kedua anak itu tampak riang, seolah-olah menemukan tempat bermain yang baru. Bahkan tak ada raut wajah kecemasan pada kedua bocah itu.

Meski Jafra masih sangat kecil, namun ia juga berusaha ingin tampil layaknya pendaki profesional de­ngan tetap menyandang tas warna kuning yang berisi mainan mobil-mobilan dan pesawat serta satu botol air minum yang biasa dibawa saat sekolah.

Mungkin karena tidak ada beban pikiran, Luhfi dan Jafra hanya membutuhkan waktu sekitar enam jam dari kawasan Pos Pendakian menuju Puncak Gunung. Itu me­rupa­kan waktu normal yang biasa ditempuh oleh pendaki berpe­ngala­man, karena biasanya bagi pendaki pemula dibutuhkan waktu sekitar tujuh hingga 10 jam untuk sampai ke puncak.

Selain tidak memiliki beban, kedua bocah itu diuntungkan dengan kondisi cuaca yang bersahabat. Selain itu, pemilihan hari Jumat untuk mendaki juga dinilai cocok, karena tidak banyak pendaki mela­kukan pendakian di hari itu, se­hingga jalur pendakian banyak yang steril dan tidak antre. Kedua orang­tua mereka yang juga pendaki tang­guh dan berpengalaman seolah-olah juga menjadi pemicu semangat Luthfi dan Jafra.

Kehadiran kedua bocah ini juga menimbulkan decak kagum dan daya tarik tersendiri bagi pendaki lainnya yang selalu ingin foto bareng guna mengabadikan momen yang cukup langka ini.

Ketika ditanya motivasinya untuk mendaki, dengan lugunya Luthfi menjawab, dirinya ingin lebih dekat dengan alam. Pasalnya, sewak­tu tinggal di kawasan Tanjung Alam Agam, dirinya selalu menyaksikan letusan Gunung Marapi. Selain itu Ia sering melihat ayahnya mem­packing barang perlengkapan pen­dakian, sehingga timbul rasa ingin tahu mau pergi kemana ayahnya dengan tas ukuran besar layaknya lemari. Lama-kelamaan ia pun mulai tertarik untuk ikut ayahnya baik saat naik gunung maupun kegiatan trac­king lainnya. “Di gunung, Luthfi bisa melihat batu besar, liat bulan, lihat asap dari kawah, tapi kok gak ada apinya,” ujar Luthfi dengan gaya lugunya.

Luthfi melanjutkan, dari tempat ketinggian ini Ia juga bisa melihat Kota Bukittinggi, Padangpanjang serta Gunung Singgalang dan Tan­dikek yang indah dengan banyak lereng yang dihiasi perkebunan sayur milik penduduk. Ia juga merasa sangat kecil dari atas. Bahkan Luthfi dan adiknya itu sempat termenung saat menyaksikan kelap kerlip lampu listrik yang banyak sekali saat ia bangun pagi.

Luthfi mengaku senang mendaki Marapi, meski Ia merasakan sedikit lelah. Namun semangat dan rasa penasaran yang tinggi membuatnya pantang mundur dan selalu ingin terus mendaki jika dibawa kedua orangtuanya.

Sementara itu, Amfreizer (ayah Luthfi) mengaku sengaja membawa kedua anaknya mendaki gunung untuk memperkenalkan luasnya alam dan indahnya ciptakan Tuhan kepada kedua anaknya. Selain itu, mendaki gunung pada usia dini dinilainya bisa melatih ketahan fisik dan kesabaran serta kesetiaan yang tinggi dalam keluarga, sehingga muncul rasa saling menjaga antar sesama mereka.

“Semenjak umur satu tahun, saya mulai membawa anak ke sejumlah objek wisata alam dan berpetualang, baik di kaki Gunung Marapi dan Singgalang, ke puncak bukit Lembah Harau serta ke Lubuk Nyarai. Dari sana, saya terus memperkenalkan apa yang dilihatnya, agar bisa bersyu­kur atas besarnya karunia Tuhan yang diberikan kepada manusia,” ujarnya.

Amfreizer menambahkan, sebe­lum memutuskan membawa kedua anaknya untuk melakukan pen­da­kian puncak gunung api aktif tertinggi di Sumatera Barat dan teraktif di Pulau Sumatera ini, Ia juga sudah menga­jarkan kedua anaknya untuk mela­kukan latihan fisik sam­bil bermain, seperti lari pagi, main sepeda, main sepatu roda, untuk melatih kekuatan kaki, serta sering membawa mereka berenang dan berendam di kolam renang guna melatih fisik mereka agar tahan terhadap cuaca dingin. Untung­nya, Luthfi dan Jafra tidak banyak protes dan sangat menyukai kegiatan tersebut. 

Sumber: Haluan

0 Response to "Wah Hebat! Anak TK Dan PAUD ini Taklukkan Puncak Gunung Marapi Sumbar"

Post a Comment

Terima Kasih Telah Berkunjung di Pustaka Pandani
Silahkan komentar anda,


Salam

Irfan Dani, S. Pd.Gr