PENGUMUMAN: Terhitung sejak tanggal 2 April 2016, pustaka.pandani.web.id tidak lagi kami update! kerena seluruh update terbaru kami dialihkan kesitus pak.pandani.web.id. Harap dimakulumi.

Ketika Ajo Piaman Basobok jo nak Gadih Payakumbuh!



==============

SALISIAH ADAIK
==============

Sebuah Film yang mengungkap perjalanan manis pahitnya tradisi di Minangkabau, kembali diramu. Kali ini, sutradaranya bukan orang jawa, memang asli orang Minang, bahkan sesuai dengan cerita film tersebut adalah putera asli yang menceritakan nasib seorang pemuda dari kampung si sutradara itu sendiri.

Judulnya adalah ‘Salisiah Adaik’ (baca; selisih adat/ perbedaan adat.red), dimana dalam film tersebut menceritakan pertentangan dalam tradisi Minangkabau yang berbeda arah. Kenapa tidak, sebab sudah ada pepatah yang mengatakan, ‘Lain lubuak lain ikannya lain ladang ilalang’. Maka, lain daerah lain pula tradisinya.


Sebenarnya, Minangkabau terkenal memiliki tradisi yang berbeda di daerah masing masing. Seperti apa yang dirasakan Muslim, seorang lelaki asal Pariaman yang berumur 28 tahun dan berprofesi sebagai tukang emas. Muslim dipindahkan ke payakumbuh untuk menggantikan karyawan Ajo Amaik yang pulang kampung ke kampung karena sesuatu urusan.

Sesampai di payakumbuh, perbedaan bahasa membuat Muklis mendapat musuh ketika penyalah artian bahasa di daerah masing masing. Tak lama Muslim pun menemukan Ros, gadis Payakumbuh yang membuatnya jatuh hati dan berniat untuk menikahi wanita tersebut.

Kemudian, Muslim pun mendekati Ros dan sampai pada akhirnya mendapatkan hati Ros. Perbedaan tradisi membuat kisah percintaannya pun ditentang oleh keluarga dan orang kampung di Payakumbuh. Kedua orang tua Ros pun tak mau merestui hubungan antara Ros dan Muslim.

Mengetahui hubungan keduanya yang ditentang oleh keluarga Ros, maka orang tua Muslim pun mulai memberikan perlawan dengan tradisinya pula. Sampai pada akirnya pertentangan para mamak Ros dan Muslim pun terjadi untuk membahas tradisi yang dipakai oleh mereka, masing - masing.

Yang membuat menariknya cerita dalam film ‘Salisiah Adaiak’ ini adalah jurang perbedaan yang terlalu besar, antara tradisi di Pariaman dan Payakumbuh. Banyak orang mengatakan, Pariaman dan Payakumbuh memiliki tradisi dalam soal pernikahan yang berbeda hingga seratus delapan puluh derajat. Ironi…tetapi tidak bisa dipungkiri, tetap ada orang Payakumbuh yang pada akhinya juga menikah dengan orang Pariaman.

Seyogiyanya, film ini dapat mengungkap unek - unek yang saat ini masih memendam diantara kedua belah pihak tradisi tersebut. Bahwa, ada kondisi berbeda yang harus dicari sudut pandang yang sama, sehingga tidak lagi menjadi pertentangan yang tak berkesudahan.

Sutradara dalam film tersebut bernama Ferdinan Almi, lahir di Padang Panjang, Sumatera Barat, tanggal 5 November 1986, masih sangat muda untuk ukuran seorang sutradara, tetapi ternyata karier, profesi dan kesuksesan tidak lagi mengukur usia. Karyanya ini mendapat apresiasi ditengah kalangan orang pariaman, begitu juga dengan organisasi masyarakat dan sosial orang Pariaman , yakni Persatuan Keluarga Daerah Piaman (PKDP). Ia menjejali masa kependidikannya di Istitut Seni Padang Panjang.

PKDP Pusat, lewat Ali Unand (Wasekjend DPP PKDP), menyebutkan apreasinya itu kepada redaksi SKR. “Saya bangga, ada putera asli Pariaman yang mampu membuat film, apalagi film yang mengupas hal yang sebenarnya selalu menjadi persoalaan mendasar ketika orang Pariaman akan menikah dengan orang Payakumbuh. Semoga kedepannya, film ini mendapat tempat dijajaran PKDP se - Indonesia dan maksud serta tujuan Ferdinan dengan filmnya itu tercapai pula hendaknya,” ujar Ali Unan.

Diakui sebagai orang Pariaman, sebab orang tua Ferdinan kedua - duanya adalah berasal dari Pariaman. Sang Ayah bernama Alizar N,S.Pd adalah asli dari Sungai Laban, Kabupaten Padang Pariaman. Sedangkan ibunya bernama Ermi,BA, yang juga asli Kuraitaji, Kota Pariaman.

Dalam waktu dekat ini, trailer film ‘Salisiah Adaik’ akan ditampilkan dibeberapa daerah di Provinsi Sumatera Barat, terutama yang sudah ada kepengurusan PKDPnya. Sebab, menurut Ferdinan, PKDP adalah salah wadah yang bisa membantunya untuk memasyarakatkan film tersebut.

Untuk penayangan perdana Trailer film tersebut, akan diputar bertepatan pada acara malam anugerah/ SKR AWARD yang gelar Tabloid SKR dan SKR Group Minggu besok, (15/12) di Gedung Pusat Kebudayaan Kota Sawahlunto, Sumatera Barat. Dalam malam anugerah tersebut, Ferdinan akan diberikan kesempatan memutarkan trailer filmnya, agar para undangan yang hadir di SKR AWARD bisa merasakan hadirnya film yang sangat fenomenal dan mengupas 2 perbedaan adat di dua daerah yang berbeda, lengkap dengan suasana emosional cerita dalam filmnya itu.

Sumber: Kompasiana




Lazada Indonesia

0 Response to "Ketika Ajo Piaman Basobok jo nak Gadih Payakumbuh!"

Post a Comment

Terima Kasih Telah Berkunjung di Pustaka Pandani
Silahkan komentar anda,


Salam

Irfan Dani, S. Pd.Gr