Oleh : CATUR NURROCHMAN OKTAVIAN, S.Pd.
(Guru SMP Negeri 1 Kemang-Bogor, Mahasiswa S-2 IPS Univ.Pendidikan Indonesia-Bandung)
Pemerintah dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia melakukan berbagai kebijakan antara lain dengan mengalokasikan anggaran yang cukup besar di bidang pendidikan. Seiring dengan hal itu, Pemerintah ingin pula meningkatkan harkat dan martabat profesi guru agar sejajar pula dengan profesi-profesi lainnya, salah satunya dengan melakukan sertifikasi guru baik untuk guru negeri maupun swasta. Karena itu, profesi guru menjadi suatu hal yang menarik bagi kalangan masyarakat karena kesejahteraannya lebih baik dibandingkan beberap waktu yang lalu.
Namun seiring dengan perhatian pemerintah yang besar di bidang pendidikan, ada beban yang besar nampaknya disandarkan di bidang pendidikan ini terutama kepada guru sebagai garda terdepan, sebagai operator pelaksana pendidikan di lapangan. Beban yang besar untuk membentuk karakter generasi masa depan Indonesia. Hal yang tentu tidak mudah mengingat begitu kompleks masalah yang dihadapi dalam pembentukan karakter ini. Di era Reformasi dimana keterbukaan informasi begitu luas, banyaknya permasalahan di bidang pendidikan yang disorot media baik cetak maupun elektronik seperti maraknya seks bebas, narkotika di kalangan pelajar, tawuran dan sebagainya, maka muara pertanyaan masyarakat akan satu hal yaitu “bagaimana peran Guru mengatasinya ?”. Sungguh menjadi suatu tantangan yang berat bagi pihak guru. Mengingat bahwa beban peran yang sama seharusnya juga dipikul oleh orangtua dan masyarakat, karena waktu luang siswa juga lebih banyak ada di pihak keluarga dan masyarakat.
Peran guru yang besar untuk dapat mengatasi permasalahan kenakalan pelajar seperti diungkapkan di atas adalah dengan menjadikan sekolah sebagai rumah menyenangkan kedua bagi siswa selain di rumah. Bukan menjadikan sekolah justru sebagai tempat derita kedua bagi siswa setelah di rumah. Dengan menjadikan sekolah sebagai tempat yang menyenangkan maka para siswa dapat mengeksplor kemampuan dirinya, dapat menyalurkan energinya yang besar ke dalam aktivitas ekstrakurikuler yang positif. Hal ini akan berdampak signifikan mengurangi waktu luang siswa untuk melakukan hal-hal negatif seperti tawuran, narkoba dan sebagainya. Sekolah yang memfasilitasi pengembangan minat dan bakat siswa dengan berbagai aktivitas ekstrakurikuler baik seni, olahraga, Pramuka, PMR, IPTEK, dan lain sebagainya, akan membuat siswa merasa betah di sekolah dan ini akan mengurangi waktu luang siswa untuk digunakan ke hal-hal negatif.
Harapan orangtua dan masyarakat dengan menyekolahkan siswa tentu ingin agar anaknya terbentuk karakternya dengan arahan dan bimbingan guru. Oleh karena itu guru harus menjaga amanah ini dengan baik dan dapat menjadikan harapan itu terus menyala di hati masing-masing orangtua. Pembentukan karakter siswa juga harus dibarengi dengan teladan yang baik bagi siswa di rumah maupun di sekolah. Harus ada sinergi yang kuat antara orangtua di rumah dan guru di sekolah. Karena kalau hanya mengandalkan salah satu pihak saja, maka tentu hal ini tidak akan tercapai dengan optimal. Selain meningkatkan peran guru dan orangtua, juga hal yang tidak kalah penting adalah meningkatkan pula peran masyarakat di lingkungan. Peran masyarakat yang peduli akan membantu mengurangi kenakalan remaja. Misalnya adalah dengan mengaktifkan kembali wadah “karang taruna”, sebagai wadah positif pembinaan generasi muda, mengadakan kegiatan majelis taklim remaja, pengaktifan kegiatan pramuka adalah berbagai contoh peran yang dapat diambil oleh masyarakat dalam membantu pembentukan karakter siswa, terutama di lingkungan.
Tentu apa yang diuraikan di atas tidak akan efektif bila ada pengkavling-kavlingan tugas dan peran dan hanya menyalahkan ke salah satu pihak apabila ditemui permasalahan negatif tentang siswa. Perlu kerjasama yang efektif semua pihak untuk mengatasi permasalahan kenakalan remaja ini, komunikasi dan saling pengertian yang dibangun antara pihak-pihak yang peduli terhadap pendidikan akan menghasilkan suatu “energi positif” yang besar, dan dapat mencarikan solusi komprehensif mengatasi permasalahan kenakalan remaja yang sudah berada di level “mengkhawatirkan” ini. Marilah kita renungkan sejenak, introspeksi dan refleksi diri untuk memaksimalkan peran kita untuk lebih semangat membangun generasi muda Indonesia menjadi sebuah Generasi Emas.
0 Response to "SINERGI PERAN GURU, ORANGTUA DAN MASYARAKAT DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA"
Post a Comment
Terima Kasih Telah Berkunjung di Pustaka Pandani
Silahkan komentar anda,
Salam
Irfan Dani, S. Pd.Gr