Selaput (membran) plasma merupakan
bagian sel yang vital dalam mempertahankan kelangsungan hidup. Selaput sel
memiliki fungsi memisahkan bagian dalam sel dengan lingkungan luarnya dan
mengendalikan masuknya hara ke dalam sel. Selaput plasma juga merupakan lokasi
enzim yang melkukan proses oksidasi reduksi dan sebagainya. Dari segi struktur
selaput senyawa lipida memegang peranan penting. Lipida memberikan sifat-sifat
hidroponik matriks selaput plasma dan mempertahankan keenceran untuk memberikan
kesempatan protein-protein yang terdapat pada selaput tetap berfungsi.
Dari segi struktur, struktur selaput plasma bakteri termofilik memiliki
struktur dasar dan sama dengan struktur dasar selaput plasma organisme pada
umumnya, yaitu struktur dwilapis lipida (bilayer-lipid). Walupun demikian pada
bekteri golongan Archaebacteria terutama bakteri termofilik eksterm, dijumpai
modifikasi struktur yaitu bahwa antara sisi permukaan selaput plasma dapat
dijumpai ikatan kovalen antar fraksi lipida sehingga membentuk struktuer lipida
ekalapis (mono-layer lipid).
1. Fraksi
lipida selaput plasma mikroorganisme termofilik
Lipida selaput plasma organisasi termofilik
memiliki asam-asam lemak dengan rantai karbon lurus, lebih jenuh dan lebih
panjang dibandingkan dengan asam lemak selaput mikroorganisme mesofilik. Makin
tinggi suhu sering dijumpai gugus metil. Dengan asam lemak tersebut
mikroorganisme termofilik dapat mempertahankan derajat keenceran selaput sel an
dengan demikian mempertahankan fungsi selaput plasma pada suhu tinggi. Baik
mikroorganisme termofilik maupun mesofilik dapat mengatur komposisi selaput
plasma. Pengendalian komposisi selaput ini disebut sebagai adaptasi
homoeviscous.
Pada umumnya asam lemak memiliki
14-20 atom C dalam bentuk lurus dengan satu gugus metil dalam bentuk iso (2)
atau anteiso (3). Bentuk iso dan anteiso bukan komponen yang khas pada
mikroorganisme termofilik. Kedua-duanya juga umum ditemui pada mikroorganisme
mesofilik. Walaupun demikian pada mikroorganisme termofilik kandungan lemak
dalam bentuk iso dan anteiso merupakan bentuk yang dominan seperti tang
dijumpai pada mikroorganisme mesofilik, komponen asam lemak pada eubakteri
termofilik dapat terikat dengansenyawa karbohidrat dan dapat berkatan ester
pada gliserol membentuk diasilgliserol.
Hasil analisis menunjukkan bahwa suhu
lingkungan yang tinggi diikuti dengan pemanjangan rantai karbon. Penelitian Ray,
et.al. menunjukkan, bahwa kenaikan lipida total terutama lipida yang berikatan
dengan karbohidrat terlihat apabila suhu untuk pertumbuhan ditingkatkan. Gejala
seperti ini juga ditemukan pada mikroorganisme mesofilik.
Senyawa-senyawa alkohol golongan
1,2-diol merupakan konstituen umum pada lapisan lilin tanaman dan zat sebum pada hewan. Gabungan senyawa ini
tidak pernah merupakan bagian dari selaput sel eukariota. Walaupun demikian,
pada bakteri termofilik aerobik ditemukan alkohol 1,2-diol sebagai pengganti
gliserol.
Senyawa-senyawa diol utama terdiri
dari 21 atom C dan 19 atom C. Senyawa-senyawa ini memiliki gugus apolar dan
merupakan 79 % dari bagian apolar lipida selaput dan 11 % asam lemak.
Pada bakteri termofilik juga
dijumpai senyawa-senyawa alkohol isopropanol. Bakteri-bakteri mesofilik dan
termofilik dapat mengubah komposisi bagia apolar sebagai tanggapan terhadap
suhu linkungan. Dengan cara ini bakteri-bakteri tersebut dapat mengendalikan
kekentalan selaput. Bagian apolar archaebacteria selalu mengandung senyawa
tersebut dalam variasi C20 atau C40.
Senyawa monoalkohol isopropanoid C20
merupakan fitanol yang jenuh, sedangkan rantai isopropanoid C40 terdapat dalam
bentuk 1,1 bifitanil-diol dengan kedua ujung terminal mengandung OH. Bentuk
bifitanil-diol setara dengan 2 fitanol dengan kondensasi kepala ke kepala. Bila
senyawa ini terikat dengan gliserol melalui ikatan eter, kedua alkohol tersebut
menghasilkan 2 bentuk eter gliserol pada archaebacteria yaitu
fitanilgliserol-dieter dan dibifitanil-digliserol tetraeter. Bentuk
dibifitanil-digliserol tetraeter ini memberikan struktur selaput ekalapis
lipida (monolayer lipid membrane).
2. Fraksi
protein pada selaput plasma Mikroorganisme termofilik
Protein merupakan satu diantara
biomolekul yang memegang peranan paling penting untuk melangsungkan sistem
hidup yaitu protein sebagai enzim, protein sebagai penyusun ribosoma dan
protein sebagai komponen selaput plasma. Sebaliknya protein merupakan
biomolekul yang sangat peka dengan suhu tinggi. Walaupun demikian selaput
plasma lebih termostabil dibandingkan dengan protein sitosplasmik. Dengan
demikian pada mikroorganisme termofilik kemampuan untuk hidup pada suhu tinggi
sangat tergantung pada adanya kekhasan struktural molekul protein. Ada petunjuk
bahwa termostabilitas protein banyak ditentuka oleh adanya senyawa-senyawa
poliamin yang terutama mempunyai peran melindungi fungsi protein sintesis
invivo pada suhu tinggi. Sebagai contoh spermidin yang banyak dijumpai pada
kebnyakan organisme. Mempunyai pengaruh pada asosiasi subunit ribosoma pada
percobaan invitro terutama pada suhu tinggi dan kandungan Mg yang rendah. Pada
percobaan lain thermin suatu poliamin yang didapatkan pada thermus sangat
memacu protein pada suhu tinggi melalui pemacuan asosiasi subunit ribosoma,
mRNA dan amino asil tRNA.
Oleh:
R I S T I O N O S O E G E N G
Diadop dari: ISSOEGIANTI S. M. R
R I S T I O N O S O E G E N G
Diadop dari: ISSOEGIANTI S. M. R
0 Response to "Struktur Dasar Selaput (Membran) Plasma Mikroorganisme Termofilik"
Post a Comment
Terima Kasih Telah Berkunjung di Pustaka Pandani
Silahkan komentar anda,
Salam
Irfan Dani, S. Pd.Gr