Filum ini terdiri atas 9000 spesies.
Pemberian nama pada organisme ini adalah sangat tepat. Sejumlah besar hewan ini
berbentuk hampir menyerupai pita. Hewan ini simetris bilateral dengan sisi kiri
dan kanan, permukaan dorsal dan ventral dan juga anterior dan posterior. Kenis
simetri ini tampaknya berkaitan dengan lokomosi yang aktif. Banyak cacing pipih
air tawar yang lazim, disebut planaria, dapat bergerak sangat cepat. Bila
melekat pada suatu permukaan di bawah air, hewan ini mengeluarkan lapisan
lendir yang licin di bawah tubuhnya dan kemudian menggerakkan tubuh mereka
dengan cepat ke depan di atas lendir tersebut dengan cara menggerak-gerakkan
sejumlah besar silia yang ada dipermukaan ventral. Bila terpaung bebas dalam
air, planaria berenang dengan gerakan tubuh yang mengombak. Lokomosi planaria
yang efisien ini memungkinkan mereka untuk mencari makan secara aktif,
sedangkan knidaria yang simetri radial tidak demikian.
Simetri bilateral juga ada kaitannya
dengan konsentrasi alat indera di bagian anterior hewan. Planaria mempunyai
reseptor-reseptor cahaya, peraba, dan getaran di ujung anterior, yaitu ujung
yang pertama-tama mengetahui perubahan keadaan lingkungan. Konsentrasi alat
indera di kepala seperti itu disebut sefalisasi.
Makanan planaria masuk ke dalam mulut
di permukaan ventral dan menuju ke rongga gastrovaskular. Meskipun rongga ini
bentuknya jauh lebih rumit dari pada yang terdapat pada hidra, rongga terbentuk
berdasarkan pola kantung yang sama. Seperti pada hidra, zat-zat yang tidak
tercerna harus dikeluarkan melalui mulut.
Banyak cacing pipih yang hidup bebas
(Kelas Tubellaria) tidak sekelompok seperti planaria air tawar yang telah dibicarakan
tadi. Nyatanya, beberapa dari mereka mempunyai bentuk sedemikian sederhana
sehingga para ahli biologi merasa bahwa hewan-hewan ini adalah hewan simetri
bilateral yang paling primitif dan mungkin semua filum lain yang akan kita
bicarakan berevolusi dari anggota awal golongan ini. Dewasa ini cacing-cacing
ini dapat ditemukan dalam tanah yang lembab, air laut dan juga air tawar.
Platyhelminthes |
Dua kelas cacing pipih semata-mata
terdiri atas bentuk-bentuk parasit. Cacing hati dewasa (Kelas Trematoda)
melekat pada inangnya dengan alat penghisap yang terdapat di permukaan ventral.
Banyak yang menghasilkan larva yang juga merupakan parasit tetapi pada inang
yang berbeda, biasanya beberapa spesies siput. Cacing paru-paru dan cacing hati
merupakan parasit yang berbahaya bagi hewan dan manusia. Tetapi dewasa ini
cacing hati darah merupakan bahaya paling besar bagi manusia. Beberapa spesies
dari genus Schistosoma menulari manusia, yang menyebabkan
schistosomiasis. Penyakit ini mungkin merupakan masalah yang serius di daerah
tropis sejak zaman purbakala. Tetapi pembuatan sistem irigasi baru-baru ini di
daerah yang dahulu merupakan gurun (misalnya, di Mesir persediaan air tampung
oleh bendungan Aswan) telah memperluas habitat yang diperlukan cacing hati
darah untuk menyelesaikan daur hidupnya. Akibatnya, schistosomiasis sekarang
telah menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat yang terbesar.
Cacing pita |
Cacing pita
(Kelas Cestoda), seperti halnya cacing hati, merupakan parasit. Hewan dewasa hidup dalam usus inangnya dan
menyerap zat makanan dari sekelilingnya. Hewan ini membentuk koloni seperti
pita yang terdiri atas ploglotid yang secara relatif tidak saling tergantung.
Pada beberapa spesies, pita ini dapat mencapai 20 m atau lebih. Sebagian besar
cacing pita membutuhkan dua atau lebih inang untuk menyelesaikan daur hidupnya.
Manusia dapat ditulari cacing pita karena makan ikan, daging sapi dan babi yang
tidak matang
Syamsurizal
BIOLOGI UMUM
FMIPA UNP 2008
FMIPA UNP 2008
Pustaka
- Suhana, 1989. Teknik Mikroskopi. Jakarta: UI
- Kimball, John W. 1990. Biologi. Jilid 1. (Terjemahan Siti Soetarmi) hal. 59-108. Jakarta: Erlangga.
- Issoegianti. 1993. Biologi Sel. Jakarta: Depdikbud.
0 Response to "Cacing Pipih (Filum Platyhelminthes)"
Post a Comment
Terima Kasih Telah Berkunjung di Pustaka Pandani
Silahkan komentar anda,
Salam
Irfan Dani, S. Pd.Gr