Sehubungan dengan model-model pembelajaran di atas Felder (1994: 5)
menambahkan suatu model pembelajaran kooperatif yaitu TAPPS (Thinking Aloud Pair Problem Solving).
Dalam model ini siswa mengerjakan permasalahan yang mereka jumpai secara
berpasangan, dengan satu anggota pasangan berfungsi sebagai pemecah
permasalahan dan yang lainnya sebagai pendengar. Pemecah permasalahan
mengucapkan semua pemikiran dan mereka saat mereka mencari sebuah solusi,
pendengar mendorong rekan mereka untuk tetap untuk berbicara dan menawarkan
anggapan umum atau petunjuk jika bagian pemecah masalah tertekan.
Berdasarkan model pembelajaran tersebut Felder (1994:
6-8) memberikan saran dalam membentuk kelompok pembelajaran kooperatif sebagai
beikut:
Saat siswa
bekerja terpisah, salah satu diantarannya lebih mendominasi dan biasanya
bukanlah mekanisme yang baik untuk memecahkan perdebatan, dan dalam tim yang
berisi lima
orang atau lebih akan menjadi sulit untuk mempertahankan keterlibatan setiap
orang dalam proses. Kumpulkan satu tugas per kelompok.
Hambatan akan dijumpai
jika satu kelompok memiliki anggota yang semuannya lemah akan tampak nyata
tetapi dengan mengumpulkan satu kelompok yang memiliki anggota dengan kemapuan
kuat juga tidak disarankan.
Studi-studi telah memperlihatkan bahwa gagasan siswa
perempuan dan kontribusinya seringkali dikurangi atau dipotong dalam tim yang
memiliki kelompok berjenis kelamin campuran, dan para siswa perempuan akhirnya
mengambil peran pasif dalam interaksi kelompok.
Dalam membentuk kelompok, siswa menentuknan sendiri
anggota kelompoknya.
Dalam kelompok menghendaki perputaran tugas.
Tugas-tugas dalam kelompok yaitu: (1) koordinator (mengorganisir tugas ke dalam
sub tugas, mengalokasikan tanggungjawab, mempertahankan kelompok tetap
berorientasi pada tugas), (2) pemeriksa (memonitor kedua solusi dan pemahaman
tiap-tiap anggota regu di antara mereka), (3) perekam (melihat kemungkinan
konsensus, menulis solusi kelompok yang lahir), dan (4) skeptis (menyarankan
berbagai kemungkinan alternativ, menghindari kelompok melompat pada kesimpulan
terlalu awal).
Semua anggota regu perlu merasakan bahwa mereka
mempunyai peran unik untuk berperan serta di salah kelompok dan tugas hanya
dapat diselesaikan dengan baik jika semua anggota melakukan tugas mereka.
Cara terbaik untuk mencapai tujuan adalah dengan
memberikan tes individu, selain itu dalam peSeptemberlihan anggota regu perlu
menjajikan atau mejelaskan hasil regu itu.
Pada awal tugas, siswa perlu mendiskusikan apa yang
sebaiknya dikerjakan, kesulitan apa yang muncul, dan apa yang tiap-tiap
angggota dapat lakukan untuk membuat semua hal bekerja lebih baik.
Suatu pendekatan untuk menyiapkan siswa dengan
beberapa unsur-unsur arahan yang akan menghasilkan suatu pernghargaan dari apa
sebenarnya kerja kelompok dan untuk membantu pengembangan dari keterampilan
hubungan antar pribadi yang menopang di dalam pembentukan regu dan prestasi.
Kelompok yang mempunyai permasalahan harus
dipertemukan dengan pengajar untuk mendiskusikan kemungkinan pemecahan masalah.
Tujuan bekerjasama yang utama akan membantu para siswa
memperluas daftar literatur pendekatan pemecahan masalah mereka, dan tujuan
kedua akan membantu mereka mengembangkan keterampilan kepemimpinan kolaboratif,
pengambilan keputusan dan tujuan lainnya. Ini hanya dapat dicapai jika para
siswa mempunyai cukup waktu untuk mengembangkan suatu dinamika kelompok,
persaingan dan menanggulangi berbagai kesulitan dalam bekerja bersama-sama.
0 Response to "Metode Pembelajaran Kooperatif Model TAPPS (Thinking Aloud Pair Problem Solving)"
Post a Comment
Terima Kasih Telah Berkunjung di Pustaka Pandani
Silahkan komentar anda,
Salam
Irfan Dani, S. Pd.Gr