PADANG - Demi menjaga umat Islam Sumatera Barat terhindar dari upaya kristenisasi, Forum Masyarakat Minangkabau (FMM) Provinsi Sumatera Barat menggelar tabligh akbar, Sabtu (28/3/2015), di Masjid Nurul Iman, Padang dengan moderator Ustad Muhammad Shiddieq dari Majelis Mujahidin dan narasumber antara lain Ketua Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau Sumbar, H. Irfianda Abidin, Ketua Paga Nagari Ibnu Aqil dan pegurus Majelis Mujahidin Sumbar Ustad Jel Fathullah serta dihadiri oleh puluhan masyarakat.
Ketua MTKAAM Sumbar, Ustad Irfianda Abidin mengatakan bahwa kasus penangkapan dua pendakwah yakni Farhan dan Maya yang diduga pelaku human trafiking merupakan sebuah tindakan upaya misi kristenisasi, karena diketahui bahwa oknum yang melaporkan kedua tersangka tersebut ke Polsek Sikakap Kabupaten Kepulauan Mentawai adalah seorang pendeta, serta kapolsek yang memproses laporan tersebut juga seorang nasrani.
Kemudian, kasus misi kristenisasi yang pernah terjadi sebelumnya di ranah Minangkabau yakni kasus penari striptis (telanjang) di sebuah kafe yang terdapat di daerah pondok, Kota Padang. Pasca peristiwa itu, ormas Islam meminta Pemkot Padang untuk menutup kafe tersebut, karena hal ini dinilai telah merusak aqidah dan nilai-nilai adat Minangkabau.
Ketua Paga Nagari Ibnu Aqil mengatakan upaya kristenisasi di Sumbar adalah hal yang nyata, dan telah terbukti ditemukannya masyarakat yang sebelumnya berprofesi sebagai ustad saat ini beralih menjadi pendeta, serta adanya Al Kitab nasrani yang diterjemahkan dalam bahasa Minangkabau. Kemudian, pembangunan infrastruktur yang pemiliknya orang nasrani, salah satu contohnya Padang Landmark dengan investor James. T. Riyadi yang merupakan seorang misionaris.
Dalam hal ini, FMM akan tetap melakukan perlawanan terhadap upaya-upaya kristenisasi di Sumbar, terutama terhadap pembangunan Padang Landmark yang dinilai merupakan perbuatan batil. Sebab, Padang Landmark bagian dari misi kristenisasi yang dapat merusak nilai-nilai Adat Basandi Syarak-Syarak Basandi Kitabullah (ABS-SBK), dan pembangunan tersebut bagian dari suku budaya orang kristen yang harus kita antisipasi.
Lanjutnya, apabila pembangunan Padang Landmark tetap dilanjutkan, maka FMM berencana akan melakukan aksi unjuk rasa. Namun, aksi unjuk rasa terlebih dahulu melihat perkembangan pembangunan tersebut dan menunggu hasil konsolidasi.
Sementara itu, Ustad Jel Fathullah menyatakan, bahwa misi kristenisasi di Sumbar telah banyak terjadi dan hal itu tidak dapat dipungkiri, karena salah satu contoh daerah yang telah dijadikan sebuah misi kristenisasi yakni Kabupaten Kepulauan Mentawai. Sebab, pada zaman terdahulu mayoritas masyarakat di Kabupaten Kepulauan Mentawai adalah umat Islam, namun saat ini umat Islam telah pindah agama ke kristen dan tempat ibadah umat Islam di daerah tersebut tidak merata.
“Seharusnya, pemerintah provinsi maupun pemerintah lainnya dapat memberikan perlindungan dan keadilan bagi rakyatnya. Sebab, apabila tidak ada keadilan pada rakyatnya maka akan menimbulkan gejolak reaksi sosial serta perlawanan,” ujarnya.
“Apabila pemerintah Kota Padang tetap bersikukuh melanjutkan pembangunan tersebut, maka Ormas Islam juga akan tetap melakukan perlawanan atau penolakan. Sebab, pembangunan Padang Landmark tersebut dinilai akan merugikan masyarakat atau pedagang yang berada disekitarnya dan tidak memiliki potensi ekonomi yang baik,” tegasnya. (St)
Sumber: beritanda
Ketua MTKAAM Sumbar, Ustad Irfianda Abidin mengatakan bahwa kasus penangkapan dua pendakwah yakni Farhan dan Maya yang diduga pelaku human trafiking merupakan sebuah tindakan upaya misi kristenisasi, karena diketahui bahwa oknum yang melaporkan kedua tersangka tersebut ke Polsek Sikakap Kabupaten Kepulauan Mentawai adalah seorang pendeta, serta kapolsek yang memproses laporan tersebut juga seorang nasrani.
Kemudian, kasus misi kristenisasi yang pernah terjadi sebelumnya di ranah Minangkabau yakni kasus penari striptis (telanjang) di sebuah kafe yang terdapat di daerah pondok, Kota Padang. Pasca peristiwa itu, ormas Islam meminta Pemkot Padang untuk menutup kafe tersebut, karena hal ini dinilai telah merusak aqidah dan nilai-nilai adat Minangkabau.
Ketua Paga Nagari Ibnu Aqil mengatakan upaya kristenisasi di Sumbar adalah hal yang nyata, dan telah terbukti ditemukannya masyarakat yang sebelumnya berprofesi sebagai ustad saat ini beralih menjadi pendeta, serta adanya Al Kitab nasrani yang diterjemahkan dalam bahasa Minangkabau. Kemudian, pembangunan infrastruktur yang pemiliknya orang nasrani, salah satu contohnya Padang Landmark dengan investor James. T. Riyadi yang merupakan seorang misionaris.
Dalam hal ini, FMM akan tetap melakukan perlawanan terhadap upaya-upaya kristenisasi di Sumbar, terutama terhadap pembangunan Padang Landmark yang dinilai merupakan perbuatan batil. Sebab, Padang Landmark bagian dari misi kristenisasi yang dapat merusak nilai-nilai Adat Basandi Syarak-Syarak Basandi Kitabullah (ABS-SBK), dan pembangunan tersebut bagian dari suku budaya orang kristen yang harus kita antisipasi.
Lanjutnya, apabila pembangunan Padang Landmark tetap dilanjutkan, maka FMM berencana akan melakukan aksi unjuk rasa. Namun, aksi unjuk rasa terlebih dahulu melihat perkembangan pembangunan tersebut dan menunggu hasil konsolidasi.
Sementara itu, Ustad Jel Fathullah menyatakan, bahwa misi kristenisasi di Sumbar telah banyak terjadi dan hal itu tidak dapat dipungkiri, karena salah satu contoh daerah yang telah dijadikan sebuah misi kristenisasi yakni Kabupaten Kepulauan Mentawai. Sebab, pada zaman terdahulu mayoritas masyarakat di Kabupaten Kepulauan Mentawai adalah umat Islam, namun saat ini umat Islam telah pindah agama ke kristen dan tempat ibadah umat Islam di daerah tersebut tidak merata.
“Seharusnya, pemerintah provinsi maupun pemerintah lainnya dapat memberikan perlindungan dan keadilan bagi rakyatnya. Sebab, apabila tidak ada keadilan pada rakyatnya maka akan menimbulkan gejolak reaksi sosial serta perlawanan,” ujarnya.
“Apabila pemerintah Kota Padang tetap bersikukuh melanjutkan pembangunan tersebut, maka Ormas Islam juga akan tetap melakukan perlawanan atau penolakan. Sebab, pembangunan Padang Landmark tersebut dinilai akan merugikan masyarakat atau pedagang yang berada disekitarnya dan tidak memiliki potensi ekonomi yang baik,” tegasnya. (St)
Sumber: beritanda
0 Response to "Upaya Kristenisasi Mulai Menghantui Umat Muslim di Sumbar "
Post a Comment
Terima Kasih Telah Berkunjung di Pustaka Pandani
Silahkan komentar anda,
Salam
Irfan Dani, S. Pd.Gr