JAKARTA - Keruwetan terus terjadi terkait dengan penghentian mendadak pelaksanaan kurikulum 2013.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) pun berupaya meredam gonjang-ganjing yang terjadi di daerah. Di antara yang menjadi polemik adalah, buku-buku bahan ajar Kurikulum 2006 didapat dari mana.
Skenario pembatalan implementasi K-13 adalah tidak lagi memberlakukan kurikulum anyar itu secara menyeluruh di Indonesia. Tetapi kembali menerapkannya di 6.221 unit sekolah percontohan.
Sedangkan untuk 200 ribu lebih sekolah lainnya, pemerintah kembali menerapkan Kurikulum 2006 yang sering disebut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Aturan ini berlaku efektif mulai Januari depan.
Dengan pemberlakukan kembali KTSP, pemerintah daerah banyak yang mempertanyakan soal ketersediaan buku bahan ajar.
Seperti diketahui ketika masih menggunakan K-13, buku-buku pelajaran siswa dibeli menggunakan uang pemerintah. Di antaranya adalah dari APBN pos dana alokasi khusus (DAK) yang ditransfer ke daerah.
Lantas bagaimana dengan buku-buku pelajaran KTSP? Dirjen Pendidikan Dasar (Dikdas) Kemendikbud Hamid Mohammad menuturkan, sampai saat ini tidak ada skema pembelian buku KTSP oleh pemerintah.
Pemerintah hanya mengalokasikan anggaran untuk membeli buku-buku K-13. Termasuk dana bantuan operasional sekolah (BOS) yang diterima awal 2015 nanti, juga tidak peruntukkan untuk membeli buku KTSP. Sehingga pembelian KTSP ditanggung oleh masyarakat.
Meski begitu Hamid meminta sekolah-sekolah atau masyarakat tidak perlu risau. Dia menjelaskan mulai dari 2006 sampai 2009, sekolah mendapatkan dana bantuan operasional khusus untuk belanja buku. "Dengan dana rutin itu, harusnya buku-buku KTSP sudah banyak di perpustakaan," katanya di Jakarta kemarin.
Hamid menuturkan sekolah terbuka terhadap orang tua murid. Jika memang sudah ada buku KTSP, sekolah diminta untuk menginformasikan kepada orang tua secepatnya.
"Jadi orang tua siswa tidak perlu sampai membeli buku KTSP lagi. Pakai buku-buku yang sudah dibeli sekolah itu saja (2006-2009, red)," jelasnya.
Untuk mengatasi kecemasan membeli buku KTSP yang mahal-mahal itu, Hamid mengatakan juga bisa menggunakan buku kakak angkatan atau kakak kandung. Dia meyakini tidak akan sulit mencari buku-buku KTSP yang sudah dipakai tahun sebelumnya.
Hamid meminta masyarakat tidak perlu risau, karena KTSP yang akan diberlakukan kembali Januari nanti, sama seperti KTSP-KTSP sebelumnya.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) pun berupaya meredam gonjang-ganjing yang terjadi di daerah. Di antara yang menjadi polemik adalah, buku-buku bahan ajar Kurikulum 2006 didapat dari mana.
Skenario pembatalan implementasi K-13 adalah tidak lagi memberlakukan kurikulum anyar itu secara menyeluruh di Indonesia. Tetapi kembali menerapkannya di 6.221 unit sekolah percontohan.
Sedangkan untuk 200 ribu lebih sekolah lainnya, pemerintah kembali menerapkan Kurikulum 2006 yang sering disebut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Aturan ini berlaku efektif mulai Januari depan.
Dengan pemberlakukan kembali KTSP, pemerintah daerah banyak yang mempertanyakan soal ketersediaan buku bahan ajar.
Seperti diketahui ketika masih menggunakan K-13, buku-buku pelajaran siswa dibeli menggunakan uang pemerintah. Di antaranya adalah dari APBN pos dana alokasi khusus (DAK) yang ditransfer ke daerah.
Lantas bagaimana dengan buku-buku pelajaran KTSP? Dirjen Pendidikan Dasar (Dikdas) Kemendikbud Hamid Mohammad menuturkan, sampai saat ini tidak ada skema pembelian buku KTSP oleh pemerintah.
Pemerintah hanya mengalokasikan anggaran untuk membeli buku-buku K-13. Termasuk dana bantuan operasional sekolah (BOS) yang diterima awal 2015 nanti, juga tidak peruntukkan untuk membeli buku KTSP. Sehingga pembelian KTSP ditanggung oleh masyarakat.
Meski begitu Hamid meminta sekolah-sekolah atau masyarakat tidak perlu risau. Dia menjelaskan mulai dari 2006 sampai 2009, sekolah mendapatkan dana bantuan operasional khusus untuk belanja buku. "Dengan dana rutin itu, harusnya buku-buku KTSP sudah banyak di perpustakaan," katanya di Jakarta kemarin.
Hamid menuturkan sekolah terbuka terhadap orang tua murid. Jika memang sudah ada buku KTSP, sekolah diminta untuk menginformasikan kepada orang tua secepatnya.
"Jadi orang tua siswa tidak perlu sampai membeli buku KTSP lagi. Pakai buku-buku yang sudah dibeli sekolah itu saja (2006-2009, red)," jelasnya.
Untuk mengatasi kecemasan membeli buku KTSP yang mahal-mahal itu, Hamid mengatakan juga bisa menggunakan buku kakak angkatan atau kakak kandung. Dia meyakini tidak akan sulit mencari buku-buku KTSP yang sudah dipakai tahun sebelumnya.
Hamid meminta masyarakat tidak perlu risau, karena KTSP yang akan diberlakukan kembali Januari nanti, sama seperti KTSP-KTSP sebelumnya.
Sumber: JPNN
loading...
(function(){
var D=new Date(),d=document,b='body',ce='createElement',ac='appendChild',st='style',ds='display',n='none',gi='getElementById';
var i=d[ce]('iframe');i[st][ds]=n;d[gi]("M283033ScriptRootC165025")[ac](i);try{var iw=i.contentWindow.document;iw.open();iw.writeln("
0 Response to "Kemendikbud Tak Tanggung Buku KTSP"
Post a Comment
Terima Kasih Telah Berkunjung di Pustaka Pandani
Silahkan komentar anda,
Salam
Irfan Dani, S. Pd.Gr