PENGUMUMAN: Terhitung sejak tanggal 2 April 2016, pustaka.pandani.web.id tidak lagi kami update! kerena seluruh update terbaru kami dialihkan kesitus pak.pandani.web.id. Harap dimakulumi.

SM-3T, Program Pengabdian Kurang Populer?

Penulis: Wayan Nana Anggarkasiana

Salam Maju Bersama Mencerdaskan Bangsa
Apa yang ada dalam benak anda ketika mendengar istilah SM-3T? Mungkin beberapa di antara anda pernah mendengar, terkhusus mahasiswa yang menempuh pendidikan tinggi di bidang kependidikan atau keguruan. Namun saya yakin lebih banyak dari anda yang belum mengetahui atau bahkan belum pernah mendengar istilah tersebut. Padahal program ini berskala nasional dengan tujuan mulia (menurut saya pribadi). Baik, dalam tulisan kali ini saya akan ceritakan sedikit pengalaman yang menunjukkan kurang populernya program yang telah memiliki 4 angkatan ini.

Sebelumnya, akan saya jelaskan sedikit mengenai program pemerintah ini. SM-3T merupakan salah satu dari tiga program Maju Bersama Mencerdaskan Indonesia kependekan dari Sarjana Mendidik di Daerah 3T (Terdepan, Terluar dan Tertinggal). Tujuan utama program ini adalah membantu meningkatkan kualitas pendidikan di daerah yang tergolong daerah 3T. Peserta program ini adalah sarjana kependidikan yang memiliki keinginan untuk mengadikan diri pada nusa dan bangsa.

Masuk ke bahan utama, diawali dengan teman-teman kos saya ketika setelah wisuda. Salah satu dari mereka bertanya mengenai rencana saya setelah lulus pada waktu itu. Sebut saja teman saya itu Hari. Pembicaraan tersebut berlangsung pada bulan Maret. Kebetulan pembicaraan ini berbahasa Jawa, namun akan saya beri terjemahan Bahasa Nasional.

Hari : "Pak Way (nama panggilan saya di kos), piye mari iki golek kerjo nang ndi?" (Pak way, bagaimana, setelah ini mau cari kerja dimana?)
Saya : "Rencanaku arep melu SM-3T tapi pendaftarane sik bulan juni paling." (Rencana saya ingin mengikuti SM-3T, tapi pendaftarannya masih bulan juni mungkin.)
Hari : "Opo iku SM-3T Pak Way?" (Apa itu SM-3T Pak Way?)
Saya : "Iku lho semacam program pengabdian, ngajar nang daerah tertinggal, pelosok Indonesia."
(Itu lho semacam program pengabdian, mengajar di daerah tertinggal, di pelosok Indonesia)
Hari : "Oalah, kayak Indonesia Mengajar iku ta?" (Ooh, seperti Indoesia Mengajar itu ya?)
Saya : "Oyi, mirip ngunu iku, tapi iki program teko pemerintah." (Iya, mirip seperti itu, tapi program ini dari pemerintah.)
....................

Pembicaraan tersebut masih berlanjut dan Hari cukup antusias menanyakan program yang dimulai pada 2011 itu. Bukan hanya Hari, beberapa teman saya di lingkungan lain juga banyak yang belum mengetahui tentang program ini. Sebagian besar dari mereka lebih mengetahui tentang Program Indonesia Mengajar yang digagas oleh Bapak Anies Baswedan (sekarang udah jadi menteri lho. hehehe).

Pengamalan kedua, saya dapatkan ketika bertemu dengan mantan Guru SMA yang pembicaraannya kurang lebih sama dengan pembiacaraan bersama Hari di atas. Beliau juga lebih menganal Program Indonesia Mengajar daripada Program SM-3T. Sampai kedua orangtua saya sendiripun belum pernah mendengarnya. Kebetulan kedua orang tua saya juga seorang guru. (hehehe, keluarga guru). Saya jelaskan dan saya yakinkan beliau berdua tentang keinginan saya mengikuti program ini. Sampai akhirnya saya mendapat restu dan menjadi salah satu Peserta Program SM-3T Angkatan III.

Well, saya tidak mempermasalahkan program ini dikenal ataupun tidak dikenal. Program SM-3T memang kalah pamor dibandingkan program pengabdian pendidikan lainnya. Namun itu tidak mengurangi keinginan besar saya untuk mengikuti program yang katanya mulia ini. Tidak menyurutkan niat untuk berbuat sesuatu dan berguna bagi sesama. Saya dan teman-teman berjuang membantu mencerdaskan kehidupan bangsa dengan cara kami.

Salam.



0 Response to "SM-3T, Program Pengabdian Kurang Populer?"

Post a Comment

Terima Kasih Telah Berkunjung di Pustaka Pandani
Silahkan komentar anda,


Salam

Irfan Dani, S. Pd.Gr