Menjadi
guru profesional merupakan mimpi idaman setiap guru. Kehadiran guru saat sekarang
ini sudah di akui sebagai sebuah profesi. Suatu pengakuan yang memberikan
penghargaan lebih baik secara title maupun materi pada mereka yang telah
mendapatkan status tersebut dengan selembar sertifikat. Sebutan Pahlawan tanpa tanda jasa itupun sudah
gugur dengan hantaman satya lencana di dada.
Siapa
yang tidak bangga menjadi abdi negara dengan dengan pengkuan dan jamin hidup.
Tidak salah setiap tahunnya jutaan peminat terus bertambah menunggu antrian dan
berkompetisi memperebutkan satu kursi di posisi itu.
Guru
profesional memang sebuah mimpi mulia. Menurut salah satu buku yang saya baca,
“Guru profesional adalah guru yang
menguasai ilmu atau ahli dibidangnya, menguasai ilmu strategi pembelajaran dan
wawasan kependidikan dan keguruan, memiliki
skill, belajar sepanjang hayat dan menjadi suri teladan.” Sungguh luar biasa dan apakah saat ini impian
itu masih nyata, diantara carut marutnya dunia pendidikan kita.
Sangat
berbeda apa yang saya rasakan dulu dengan sekarang. Sejak munculnya dinamika sertifikasi
guru. Secara kajian Biologi, guru saat ini telah berevolusi atau lebih tepatnya
terjadi “Evolusi Guru”. Jika kita definisikan mungkin pengertiannya seperti
ini, Evolusi Guru adalah suatu perubahan tingkah laku guru yang dipengaruhi
sistem dari waktu kewaktu dan diwariskan ke suatu generasi ke generasi
berikutnya. Kita ambil contoh, jika gurunya dulu mencontek itu akan diwariskan
ke generasi berikutnya dengan memberikan contekkan pula atau jika tidak diam membisu
akan diwariskan kegenerasi berikutnya untuk jadi penonton di setiap kejadian
yang ada.
Tak
perlu merasa tersinggung, ini adalah pil pahit yang harus ditelan secara
bulat-bulat. Bisa saja ini buah teori evolusi yang telah terjadi dan tak perlu
di pungkiri dan semua itu tidak bisa di generalkan begitu saja.
Kata
orang, “lain zaman lain penyakit”.
Dunia pendidikan cuma bahan otak-atik. Bagaikan sebuah experimen pada benda
hidup yang dinamakan manusia. Dinamis dan bekelanjutan untuk suatu kepentingan
semata. Sistem selalu jadi alasan atau kambing hitam dari setiap kegagalan. Padahal
si pelaksananya lah yang menjadi persoalan. Bagaikan sebuah mobil, sebagus
apapun mobilnya jika si sopir tidak bisa mengadarai maka mobil tersebut tidak
akan bisa jalan, ataupun jika bisa jalan, ujung-ujungnya akan loncat masuk
jurang.
Jika kita fikirkan secara jernih, sebenarnya
kita sudah mengetahui akar permasalahannya. Semua itu akan mengarah kembali
pada kita. Kesadaran yang kurang untuk menjalankan suatu yang benar begitu
lemah. Terkadang kita menduakan kebenaran dan mengganti dengan suatu kebaikan
yang subjektif dan berdalih, Ya! Namanya juga manusia, punya kilaf dan dosa. Kelemahan
itulah yang secara turun menurun menular kegenerasi berikutnya. Tanpa kita
sadari kita sudah menjadi bagian itu.
-pandani-
0 Response to "Guru Profesional, Evolusi dan Sistem"
Post a Comment
Terima Kasih Telah Berkunjung di Pustaka Pandani
Silahkan komentar anda,
Salam
Irfan Dani, S. Pd.Gr