PENGUMUMAN: Terhitung sejak tanggal 2 April 2016, pustaka.pandani.web.id tidak lagi kami update! kerena seluruh update terbaru kami dialihkan kesitus pak.pandani.web.id. Harap dimakulumi.

SEJUTA MANFAAT DARI SETUMPUK SAMPAH

Oleh: Silvia Trivena

Pagi ini, aku bangun pagi sekali. Aku juga tidak tahu angin apa yang  merasuk dalam tubuhku hingga aku bisa bangun pagi buta seperti ini. Aku termasuk seorang gadis yang pemalas, cuek, dan sangat tidak peduli dengan lingkungan sekitarku. Namun di sisi lain aku adalah gadis yang mudah simpatik terhadap orang lain. Jangankan aku merawat lingkungan di sekitarku, merawat diriku sendiri saja belum seutuhnya bisa, apalagi merawat lingkungan. Ayahku sangat peduli terhadap lingkungan, sampai-sampai rumahku penuh dengan tumbuh-tumbuhan hijau, sehingga meneduhkan suasana rumahku. Ayahku sangat rajin merawatnya dan tidak membiarkan seorangpun merusak tanamannya itu, walaupun hanya terinjak oleh satu jari kakipun.
Matahari sudah mulai muncul dari ufuk timur. Tiba-tiba ponselku berbunyi, dan ternyata temanku mengajakku untuk lari pagi. Aku hanya mencuci mukaku dan ganti baju. Hal itu tidak jarang aku lakukan setiap harinya. Selalu sarapan dengan berjalan dan pergi tergesa-gesa, sehingga tidak jarang banyak nasi yang berceceran di lantai.
            Aku dan teman-temanku sudah sepakat untuk bertemu di sebuah kafe seberang jalan raya. Tempat itu sudah biasa menjadi tempat menongkrongan dan markas buat kami untuk berkumpul. Namun, di tempat itu kami hanya membeli empat gelas kopi susu, kemudian pergi.
            “Permisi buk, saya pesan kopi susunya empat  gelas ya buk”
            “Silahkan menunggu beberapa menit lagi.”
            “Empat gelas kopi siap untuk dinikmati, jangan lupa untuk selalu membuang sampah pada tempatnya. Terima kasih atas kunjungan anda.” Kata pelayan kafe itu sambil tersenyum padaku.
Hati kecilku berkata, “peduli sekali pelayan kafe itu, padahal belum tentu juga aku akan membuang gelas bekas kopi yang aku beli ke dalam tong sampah”.  Setelah kopinya habis, aku melemparkan gelas itu di sembarang tempat. Seperti biasa, aku hanya cuek dengan lirikan orang-orang di sekitarku. Selanjutnya, kami melanjutkan perjalanan ke sebuah pusat perbelanjaan dengan niat hanya ingin jalan-jalan saja.
            “Eh, ke toko itu yuk?” Kata Shelly sambil menunjuk sebuah toko yang menjual barang-barang unik dan terbuat dari barang-barang bekas.
            “Males ah, kalian saja yang kesana, aku pulang duluan.”
Aku segera melangkah pergi. Dan tanpa tersadar aku melangkahkan kakiku di sebuah taman yang terlihat sepi pengunjung. Dan tidak sengaja aku menendang sebuah kaleng minuman yang ada di jalan setapak dalam taman itu. Lalu, aku melihat seorang anak perempuan dengan memikul sekarung sampah di bahunya yang berjalan ke arah kaleng minuman itu dan langsung memungutnya. Aku segera menghampiri anak perempuan itu.
            “Hai, sedang apa kau disini?
            “Aku sedang bekerja kak.”
            “Apakah setiap harinya kamu pergi memulung? Lalu, dimana orang tuamu?”
            “Iya kak, orang tuaku sudah lama meninggal dan aku hidup bersama paman dan bibiku.    Disela-sela pekerjaanku ini, aku juga membuat banyak sekali kerajinan tangan yang terbuat dari sampah-sampah yang aku pungut, misalnya kaleng bekas dan lembaran-lembaran koran bekas yang aku temukan. Namun, aku ingin sekali menjualnya untuk menambah uang tabunganku selama ini.”
            “Boleh aku melihatnya? Dimana rumahmu?”
            “Boleh-boleh kak. Aku senang sekali kakak mau melihatnya. Rumahku tidak jauh dari sini.”
            Dan sesampainya di rumah anak perempuan itu, aku dibuat takjub dengan kerajinan tangan yang ia buat.  Walaupun, hanya terbuat dari kaleng bekas ataupun koran yang telah usang, ia telah menyulapnya menjadi sebuah kreasi yang memiliki nilai seni yang tinggi. Dan aku berjanji akan membantunya untuk memasarkan kerajinan tangannya itu kepada teman-temanku di sekolah.
 Semenjak aku bertemu dengan anak perempuan itu, aku menjadi seorang gadis yang peduli dengan lingkungan dan menjadi seorang gadis yang penuh dengan inovasi untuk menyulap sampah yang tidak ada harganya menjadi berharga. Aku bersyukur sekali pertemuan itu bisa terjadi. Anak  perempuan itu sangat menginspirasi hidupku. Aku berniat ingin mendirikan sebuah industri kecil untuk mengembangkan usahaku itu. Aku juga ingin sekali menjual hasil karya yang anak perempuan itu buat dengan harapan bisa membuatnya bersekolah. Dan sebagian hasil yang aku dapatkan, akan aku buat untuk menyekolahkan seorang anak perempuan yang telah merubah hidupku menjadi seperti ini.
            Kita dapat memanfaatkan sampah yang masih mungkin untuk kita manfaatkan. Keadaan lingkungan sekitar kita adalah cerminan keadaan hidup kita. Oleh karena itu, kita perlu membiasakan diri kita untuk memilah sampah kering dan sampah basah, dengan menyediakan dua tempat berbeda. Sampah memiliki sejuta manfaat.
*****

0 Response to "SEJUTA MANFAAT DARI SETUMPUK SAMPAH"

Post a Comment

Terima Kasih Telah Berkunjung di Pustaka Pandani
Silahkan komentar anda,


Salam

Irfan Dani, S. Pd.Gr