Badai bargejolak mengobarak abrik tanah ku disini. Ibarat perasaan yang berkecamuk tak tau arah, setelah di lepas tanpa kepastian ini..
Bukan kecewa, tapi cuma sedikit terluka. Karena janjinya tinggallah janji. Dianjung tinggi sebagai pahlawan negeri. Kemudian di hempaskan sejadi-jadi.
Kini!
Kami dibelakangkan setelah dulu jadi yang terdepan
Kami dilupakan setelah mengejar yang terluar
Kami ditinggalkan, setelah menjemput yang tertinggal
ini cuma contoh,
betapa tak berartinya para pejuang di negeri ini.
Bagi mereka kami hanya simbol atau sekedar program yang terbengkalai di akhir periode.
Disortir, ditanam, dirawat dan kini telah Berbunga indah,
tetapi Kenapa kami dibiarkan? Nan layu tanpa dipetik dan mati karna diabaikan.
-pandani-
loading...
(function(){
var D=new Date(),d=document,b='body',ce='createElement',ac='appendChild',st='style',ds='display',n='none',gi='getElementById';
var i=d[ce]('iframe');i[st][ds]=n;d[gi]("M283033ScriptRootC165025")[ac](i);try{var iw=i.contentWindow.document;iw.open();iw.writeln("
0 Response to "Nan layu tanpa dipetik "
Post a Comment
Terima Kasih Telah Berkunjung di Pustaka Pandani
Silahkan komentar anda,
Salam
Irfan Dani, S. Pd.Gr