Oleh: Restu Wardi, S.Pd
Hari ini 14
Desember 2011 hari pertama saya berada di sekolah tempat pengabdian satu tahun
kedepan, setelah tanggal 11 kemeren dinas pendidikan aceh selatan mengumumkan
tempat pengabdian kami. Saya merasa mendapatkan kehormatan untuk melunasi
sebuah janji kemerdekaan yaitu mencerdaskan
kehidupan bangsa. SMPN 2 Kluet Timur..ya sebuah sekolah terpencil yang
jaraknya lebih kurang 11 km dari kota (daerah yang cukup ramai) ato dari tepat
tinggal saya, jalan menuju sekolahpun masih jalan tanah, jikalau hari hujan
atau malamnya hari hujan sudah barang tentu paginya jalan ini berlumpur,
akibatnya kami harus mendorong motor untuk bisa melewati jalan ini, yahhh… ini
lah jalan yang harus saya lewati untuk satu tahun kedepannya. Sangat melelahkan
memang tapi setelah dilalui ternyata menyenangkan sekali bisa mengajar di
daerah terpencil (nanti saya ceritakan kenapa menyenangkan..), satu keyakinan saya
sekarang ini bahwa pendidikan harus melibatkan semua orang karena mendidik
adalah tugas setiap orang terdidik.
Hingga proses
belajar mengajar di semester ganjil pun usai, saya masih belum mulai masuk
kelas, melakukan observasi, melihat cara bergaul siswa, latar belakang
mereka,beintegrasi dengan masyarakat sekitar sekolah, kalau orang minang bilang
Dima Bumi di Pijak di Situ Langik di
Junjuang..ya inilah yang saya lakukan. Hingga akhirnya masuklah awal
semester Genap, berdasarkan rapat majelis Guru saya lansung dipercaya oleh
kepala sekolah untuk mengajar bidang studi Matematika di kelas IX, sebuah
pelajaran yang hampir sebagian besar pelajar tidak menyukainya, apalagi
Matematika masuk dalam bidang studi Ujian Nasional, bayang – bayang ketidak
lulusan siswa lansung menghantui saya ketika itu.
Hari pertama
mengajar di kelas IX ini, saya tidak lansung membuka pelajaran Matematika, saya
lebih banyak bercerita, memperkenalkan diri saya, bercerita kisah sukses
orang-orang yang dulunya hidup dibawah garis kemiskinanan, pertama saya
menanyakan tanggapan mereka dengan matematika, saya minta satu persatu dari
mereka mengutarakan pendapatnya, hampir seluruh siswa menjawab matematika itu
sulit,lho kok…. saya bingung harus jawab apa..? setelah melihat tanggapan siswa
saya itu saya pun lansung menjelaskan bahwasanya pelajaran iu semuanya sama,
Matematika itu tidak sulit cuman karena kita sendiri yang bilang sulit makanya
matematika itu sulit, coba kita bilang Matematika itu gampang, maka dengan
sendirinya Matematika itu akan gampang, sentak ketika itu kelas jadi sedikit
ribut, ada diantara mereka yang bingung, ada pula yang bertanya-tanya pada
temannya,ada pula yang bilang ya betul lah Pak, saya pun tersenyum saja melihat
ekspresi dari mereka.
Oke untuk
selanjutnya saya ingin tau latar belakang dari siswa saya itu, saya minta
kepada mereka untuk menulis cerita pengalaman pribadi yang paling berkesan
selama mereka hidup hingga sekarang, semua siswa sibuk menulis cerita versi
mereka masing – masing hingga lonceng pergantian jam pun berbunyi, semua
tulisan dikumpulkan, sungguh tersentak hati ini ketika saya membaca apa yang
mereka tulis, hampir semua siswa saya menulis cerita tentang pengalamannya
selama konflik aceh terjadi, ada yang menceritakan ayahnya tertembak dan meninggal,atau
mereka harus berjalan kaki puluhan kilometer utuk menyelamatkan diri, bermalam
di tengah huta,macam-macam yang lainnya, ternyata konflik di aceh masih
membayangi anak-anak ini,mereka masih trauma, ditulisannya mereka juga buat
harapannya agar konflik ini jangan pernah terjadi lagi. Konon katanya desa
tempat saya mengabdi ini, Desa Pucuk Lembang desa paling ujung yang berbatasan
lansung dengan deretan Bukit Barisan dulunya digunakan sebagai medan
pertempuran antar TNI dan GAM.
Pertemuan
berikutnya saya masih belum memulai membuka materi Matematika Kelas IX, tapi
saya ingin melihat sejauh mana kemampuan berhitung yang dimiliki oleh siswa
saya, saya mengajukan beberapa operasi perkalian Matematika kepada mereka,
ternyata sebagian besar dari mereka tidak bisa melakukan operasi perkalian
dengan baik, saya pun berpikir bagaimana mungkin saya bisa memberikan materi
kelas IX atau membawa mereka lulus Ujian Nasional dalam waktu 4 bulan kedepan
sedangkan operasi perkalian biasa saja mereka tidak bisa, Hari kedua mengajar
di kelas IX kembali saya habiskan bercerita tentang matematika, berbagi
trik-trik sukses orang-orang besar yang biasa saya baca, menyemangati mereka
bahwasanya kesempatan sukses seseorang dengan orang lain itu sama, sukses tidak
melihat apa yang dimilikinya saat ini, tapi sejauh mana kemauannya untuk
berubah lebih baik dari kondisinya saat ini.
Pertemuan
berikutnya barulah saya memulai pelajaran Matematika, tidak terlalu serius,
saya lebih banyak memberikan semangat, memberika motivasi agar mereka lebih
rajin belajar, setiap hari dalam pembelajaran Matematika saya lakukan seperti
ini, bercerita masa-masa kecil orang-orang sukses di Indonesia saat ini, yang
tidak beda jauh dengan mereka, seperti kisah Bapak Dahlan Iskan,masa kecil
beliau yang berada di bawah garis kemiskinan, bagaimana semangat yang
dimilikinya untuk memiliki sepatu yang didapatnya ketika beliau sekolah di
Aliah. Sifat rendah diri semangat untuk maju inilah yang patut mereka contoh,
hari ini beliau dipercaya sebagai Mentri BUMN. Sebelum pembelajaran di mulaipun
saya selalu menanyakan siapa yang ada belajar matematika tadi malam, setiap
pertemuannya saya liat adanya peningkatan, ketika sebelumnya ketika saya Tanya
apakah mereka ada belajar dirumahnya atau tidak,,,? sebagian besar mereka jawab
tidak, dan hari demi hari… mereka sudah mulai belajar di rumahnya disamping
membantu orang tuanya. Saya ingin menanamkan pada mereka agar mereka menjadikan
belajar merupakan kebutuhan dalam hidupnya, tidak ada lagi paksaan, tidak
adalagi kata malas dalam belajar, dengan belajar mereka merasa ada sesuatu yang
besar yang sedang menanti mereka di depan sana, yaitu kehidupan yang lebih
baik,masa depan yang lebih cerah.
Hingga Ujian
Nasional pun di selenggarakan di SMP tempat saya mengabdi ini, bayang-bayang
banyak siswa tidak lulus menghantui semua majelis Guru saat itu. Dan ternyata
siswa saya lulus 100%. Diakhir pertemuan saya dengan siswa kelas IX saya minta
kepada mereka untuk menulis tanggapan mereka setelah belajar Matematika dengan
saya, saya melarang mereka untuk menuliskan nama, mereka saya bebaskan untuk
menulis apapun itu yang mereka rasakan, setelah semua tulisan saya kumpulkan,
kembali tulisan yang mengejutkan…!!! ternyata tidak ada satu orangpun dari
siswa saya yang mengatakan belajar Matematika itu membosankan, Matematika itu
menyenangkan, malahan di antara tulisan itu ada yang minta saya untuk tetap
mengajar Matematika di sana untuk selamanya, dalam hati saya jawab “mana
mungking… saya cuman di kontrak 1 tahun disini”.
Inilah saat
menyenangkan yang saya rasakan, saya memenuhi ajakan dari siswa saya untuk ikut
dengan mereka pergi menangkap ikan di sungai yang jarak sungai itu harus di
tempuh dengan berjalan kaki selama lebih kurang 2 jam. ketika saya pertama kali
mengajar diSMP ini, saya melihat ada
ketakutan dari wajah mereka ketika bertemu dengan saya, mereka menganggap saya
sangat asing, saya tidak bisa berbahasa Aceh yang biasa mereka pakai sedangkan
untuk berkomunikasi dengan bahasa Indonesia saja mereka sulit, mereka jarang
menggunakan bahasa Indonesia dalam kehidupannya. Hari ini mereka tidak
menganggap saya orang asing lagi mereka mengajak saya untuk berkeliling
kampungnya, pergi menangkap ikan, pekerjaan yang biasa mereka lakukan.
Akhirnya tibalah
dihari yang sudah saya sepakati dengan siswa saya untuk pergi bertamasya
menangkap ikan di sungai, Jauh memang perjalanan yang kami tempuh tapi sangat
menyenangkan bisa pergi dengan mereka, saya sudah menganggap mereka semua adik
kandung saya sendiri, perbekalan pun kami siapkan ketika itu seperti nasi,
sambal, dimana nantinya kami untuk membakar hasil tangkapan ikan nantinya.
Suara heboh dan tawa mengiringi perjalanan kami itu, sampai akhirnya kami
dapatkan ikan, salah seorang dari mereka lansung menyodorkan ikan tangkapannya
pada saya, bapak ini buat bapak…saya balas dengan senyuman padanya.
Lebih kurang 4
jam saya habiskan waktu bersama mereka di sungai tempat mereka biasa menangkap
ikan, tempat ini sudah biasa digunakan oleh warga desa sebagai tempat rekreasi
tiap tahunnya. Setelah makan siang besama, saya mengajak mereka untuk balik
pulang, takut nanti kalau terlalu lama disini kami bisa kemalaman pulangnya.
Inilah dia liburan setelah Ujian Nasional yang menyenangkan.
Di akhir
pertemuan saya dengan siswa saya, ketika mereka akan siap-siap untuk
meninggalkan sekolah ini, saya berpesan pada mereka. Kalau anak-anak bapak
ingin sukses, kalau anak-anak bapak ingin membuatkan rumah baru untuk orang tua
anak-anak bapak, kalau anak-anak bapak ingin memperbaiki jalan di kampong ini,
ingin membahagiakan orang-orang yang berada di sekitar anak-anak bapak. Satu
hal yang harus anak-anak bapak lakukan, kalian harus pergi meninggalkan kampong
ini bareng beberapa tahun kedepan, pergi sejauh apa yang anda sanggup,
lanjutkan sekolah, jangan sampai ada rencana untuk berhenti sekolah raih apa
yang menjadi cita-cita anda saat ini. Tuliskan target-target masadepan yang
akan diraih,dan yakinlah suatu saat nanti, satu persatu target itu akan anda
raih. Nanti kalau sudah tiba saatnya, anda akan balik ke kampong ini, barulah
anda bisa membangun kampong ini menjadi lebih baik.
Salam Sukses “Manjadda Wa Jadda”
:)
ReplyDelete