Alam yang ganas tak surutkan peminat Program Sarjana Mendidik di daerah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal.
JAKARTA – Kondisi alam yang ganas tidak menyurutkan semangat peminat Program Sarjana Mendidik di daerah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal (SM3T). Begitu juga dengan tantangan lain di kawasan 3T, seperti penyakit, perang antarsuku, dan konflik bersenjata. Kasubdit Program dan Evaluasi Direktorat Pendidik dan Tenaga Kependidikan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristek Dikti) Agus Susilohadi mengatakan hal ini kepada SH, Selasa (31/3) malam.
“Mungkin, generasi muda kita sekarang lebih berani dan lebih menyukai tantangan,” kata Agus.
Menurutnya, seorang tokoh militer bahkan pernah berdecak kagum melihat sebaran anak-anak peserta SM3T yang menjangkau lokasi-lokasi ekstra-ekstrem. Beberapa lokasi yang amat menantang, menurut Agus, antara lain Pegunungan Bintang, Dogiyai Paniai, Yahukimo, Asmat, dan kawasan Membramo di Papua.
Selain kondisi alam, penyakit, dan perang suku, ada tantangan-tantangan lain yang kerap dihadapi para peserta SM3T di daerah pengabdian mereka. Ia mencontohkan, di beberapa lokasi di Aceh dan Papua, peserta SM3T umumnya juga menghadapi kelompok separatis dan kelompok masyarakat yang menolak keberadaan mereka. Ada sebagian peserta yang pernah ditangkap kaum separatis, tapi dilepas lagi.
“Pada awal program ini, peserta ada yang mendapat ancaman dari warga. Tetapi, setelah masyarakat menikmati manfaatnya, sekarang ancaman tidak ada lagi,” kata Agus.
Dukungan Sektor Privat
Ia berpendapat, pembangunan pendidikan di kawasan 3T akan lebih baik apabila mendapat dukungan atau kemitraan dari pihak lain, seperti perusahaan-perusahaan besar yang mungkin beroperasi di sekitar kawasan-kawasan tersebut. “Saya yakin, banyak perusahaan yang mau peduli, tetapi mereka umumnya kesulitan mengakses sampai ke daerah terpencil,” ujar Agus.
Menurutnya, daerah 3T umumnya membutuhkan berbagai bantuan, seperti beasiswa, rehabilitasi sekolah, buku-buku bacaan, dan sarana penunjang lain. Ia juga memastikan, bantuan untuk daerah tertinggal akan efektif dan tepat sasaran. “Karena ada pendampingan dari anak-anak kami, SM3T,” tutur Agus.
Ia mengatakan, beberapa waktu sebelumnya pernah ada bantuan komputer jinjing dari sebuah perusahaan penyedia teknologi informasi. Namun, bantuan tersebut hanya untuk para peserta SM3T. “Bantuan bukan untuk daerah 3T,” kata Agus.
Sementara itu, Direktur Pendidik dan Tenaga Kependidikan Kemenristek Dikti Supriadi Rustad dalam rilisnya menyatakan, Ditjen Dikti berkabung terkait musibah yang dialami peserta SM3T bernama Mohammad Isnaeni beberapa waktu lalu. Sebagai bentuk simpati, pemerintah melalui Ditjen Dikti akan membantu keluarga korban dalam bentuk beasiswa penuh program S-1/S-2/S-3 di dalam atau luar negeri kepada salah satu anggota keluarga Isnaeni. Keluarga juga akan mendapatkan pengurusan asuransi jiwa, dana santunan, serta piagam penghargaan atas jasa dan pengabdian pendidikan Isnaeni.
“Ini bukti nyata bahwa pengabdian bukan sekadar dongeng. Ini adalah pengorbanannya untuk nusa dan bangsa,” kata Supriadi.
Sumber : Sinar Harapan
JAKARTA – Kondisi alam yang ganas tidak menyurutkan semangat peminat Program Sarjana Mendidik di daerah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal (SM3T). Begitu juga dengan tantangan lain di kawasan 3T, seperti penyakit, perang antarsuku, dan konflik bersenjata. Kasubdit Program dan Evaluasi Direktorat Pendidik dan Tenaga Kependidikan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristek Dikti) Agus Susilohadi mengatakan hal ini kepada SH, Selasa (31/3) malam.
“Mungkin, generasi muda kita sekarang lebih berani dan lebih menyukai tantangan,” kata Agus.
Menurutnya, seorang tokoh militer bahkan pernah berdecak kagum melihat sebaran anak-anak peserta SM3T yang menjangkau lokasi-lokasi ekstra-ekstrem. Beberapa lokasi yang amat menantang, menurut Agus, antara lain Pegunungan Bintang, Dogiyai Paniai, Yahukimo, Asmat, dan kawasan Membramo di Papua.
Selain kondisi alam, penyakit, dan perang suku, ada tantangan-tantangan lain yang kerap dihadapi para peserta SM3T di daerah pengabdian mereka. Ia mencontohkan, di beberapa lokasi di Aceh dan Papua, peserta SM3T umumnya juga menghadapi kelompok separatis dan kelompok masyarakat yang menolak keberadaan mereka. Ada sebagian peserta yang pernah ditangkap kaum separatis, tapi dilepas lagi.
“Pada awal program ini, peserta ada yang mendapat ancaman dari warga. Tetapi, setelah masyarakat menikmati manfaatnya, sekarang ancaman tidak ada lagi,” kata Agus.
Dukungan Sektor Privat
Ia berpendapat, pembangunan pendidikan di kawasan 3T akan lebih baik apabila mendapat dukungan atau kemitraan dari pihak lain, seperti perusahaan-perusahaan besar yang mungkin beroperasi di sekitar kawasan-kawasan tersebut. “Saya yakin, banyak perusahaan yang mau peduli, tetapi mereka umumnya kesulitan mengakses sampai ke daerah terpencil,” ujar Agus.
Menurutnya, daerah 3T umumnya membutuhkan berbagai bantuan, seperti beasiswa, rehabilitasi sekolah, buku-buku bacaan, dan sarana penunjang lain. Ia juga memastikan, bantuan untuk daerah tertinggal akan efektif dan tepat sasaran. “Karena ada pendampingan dari anak-anak kami, SM3T,” tutur Agus.
Ia mengatakan, beberapa waktu sebelumnya pernah ada bantuan komputer jinjing dari sebuah perusahaan penyedia teknologi informasi. Namun, bantuan tersebut hanya untuk para peserta SM3T. “Bantuan bukan untuk daerah 3T,” kata Agus.
Sementara itu, Direktur Pendidik dan Tenaga Kependidikan Kemenristek Dikti Supriadi Rustad dalam rilisnya menyatakan, Ditjen Dikti berkabung terkait musibah yang dialami peserta SM3T bernama Mohammad Isnaeni beberapa waktu lalu. Sebagai bentuk simpati, pemerintah melalui Ditjen Dikti akan membantu keluarga korban dalam bentuk beasiswa penuh program S-1/S-2/S-3 di dalam atau luar negeri kepada salah satu anggota keluarga Isnaeni. Keluarga juga akan mendapatkan pengurusan asuransi jiwa, dana santunan, serta piagam penghargaan atas jasa dan pengabdian pendidikan Isnaeni.
“Ini bukti nyata bahwa pengabdian bukan sekadar dongeng. Ini adalah pengorbanannya untuk nusa dan bangsa,” kata Supriadi.
Sumber : Sinar Harapan
0 Response to "Jumlah Peserta SM-3T Terus meningkat"
Post a Comment
Terima Kasih Telah Berkunjung di Pustaka Pandani
Silahkan komentar anda,
Salam
Irfan Dani, S. Pd.Gr