PENGUMUMAN: Terhitung sejak tanggal 2 April 2016, pustaka.pandani.web.id tidak lagi kami update! kerena seluruh update terbaru kami dialihkan kesitus pak.pandani.web.id. Harap dimakulumi.

BBM Naik, Masyarakat Sumbar Resah

Kenaikan harga premium dan solar membuat masyarakat resah. Petani sawit dan nelayan di Pessel mengalami kerugian. Sementara angkot di Padang mulai menaikkan tarif.

PAINAN - Kebi­jakan pemerintah menaikkan harga premiun dan solar sangat berdampak buruk terhadap perekonomian masyarakat. Pre­mium yang sebelumnya Rp6. 800 per liter menjadi Rp7.300 per liter. Solar dari Rp6.400 per liter menjadi Rp6.900 per liter.

Penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM) oleh pemerintah semenjak 29 Maret menyebabkan petani sawit dan nelayan resah. Sehari semenjak BBM naik, harga tandan buah segar (TBS) di tingkat petani langsung mengalami penu­runan, sementara pemilik kapal tonda memilih memar­kir kapalnya sembari melihat perkembangan gejolak harga kebutuhan bekal melaut.

Ijal (53) petani sawit di Lengayang Minggu (29/3) me­nye­butkan sebelum kenaikan harga BBM harga TBS dari toke ke petani Rp1.050 perkilogramnya, namun setelah kenaikan BBM jatuh pada harga Rp900. Informasi dari toke kepadanya, kenaikan itu disebabkan BBM.

Masih terkait kenai­kan harga BBM, pemilik kapal tonda memilih meng­istira­hatkan kapal ketimbang melaut. Kenaikan BBM berpe­ngaruh pada biaya operasional secara keseluruhan, termasuk biaya perbekalan melaut.

Terpantau di sejumlah pela­buhan dan muara sungai di Pessel kini disesaki kapal dan payang nelayan yang tidak turun melaut. Kapal jenis tonda dan bagan diper­kirakan tidak melaut sembari meli­hat gejolak harga akibatBBM naik.

Di Muara Batang Kambang dan Muara Surantiah, sekitar 100 kapal tonda tampak merapat di dermaga (Pusat Pelelangan Ikan) dan seba­gian naik dock, kapal itu hanya dibersihkan oleh ABK hingga waktu yang tidak jelas.

Yolanda (28), pemilik kapal tonda di Muara Kambang menye­butkan, untuk menda­pat­kan BBM sesuai kebutuhan, ia harus meng­antre dari SPBU. Di SPBU akibat banyaknya antrian, ia hanya men­dapatkan jatah satu jeriken isi 20 liter. “Untuk kebutuhan satu perio­de melaut, kapal saya butuh sekitar 25 jerikenBBM, karena saya turun melaut untuk satu periode selam 15-20 hari. Kami menagkap ikan ke belakang Pulau Pagai,” katanya.

Jadi menurutnya, untuk bisa mengumpulkan BBM melaut ia butuh waktu satu minggu lebih, itupun setiap kali BBM masuk ke SPBU ia harus rela berdesak-desa­kan dengan pengantri lainnya.Ia mengaku tidak berani turun melaut­dengan stok BBM paspasan. “Jika dipaksakan sama saja dengan bunuh diri,” katanya.

“Biasanya, saya dapat memper­oleh keuntungan sekitar Rp2,5 juta sekali periode turun melaut. Namun, semenjak tiga minggu terakhir saya justeru tidak menurunkan kapal. Sementara kebutuhan, terutama untuk anak buah kapal terus dipe­nuhi,” katanya menjelaskan.

Yoski Wandri Kepala Dinas Ke­lau­tan dan Perika­nan Pesisir Sela­tan menyebutkan, aktivitas nela­yan bia­sanya terganggu bila BBM naik se­menjak tiga minggu terakhir.

Sementara itu, sejumlah penggu­na kendaraan bermotor maupun mobil juga mengeluhkan kenaikan harga premium dan solar secara tiba-tiba.

Salah satu pemilik kendaraan bermotor Wahyu yang ditemui saat menunggu antrean di Stasiun Pengi­sian Bahan Bakar Umum (SPBU) yang ada di depan DPRD Sumbar mengatakan, Kenaikan BBM sebe­sar Rp500 per liter cukup terasa bagi dirinya. “Awal bulan naik Rp200 sekarang malah naik lagi Rp500,” ujarnya sambil geleng-geleng kepala.

Ia juga mengaku heran karena sudah dua kali BBM dinaikkan tanpa ada pemberitahuan atau aba-aba dari pemerintah.

Leni, salah seo­rang warga menge­luhkan tarif angkot yang juga ikutan naik, padahal baru semalam BBM naik. “Ada yang naik RFp1.000 dan ada pula yang Rp500.

Pantauan Haluan di Pasar Raya Padang, tarif angkot yang mengalami kenaikan antara lain, angkot jurusan Pasar Raya-Cendana, sebelum ke­nai­kan BBM Rp 3.500 sekarang menjadi Rp 4.000. Angkot jurusan Pasar Raya-Labor juga mengalami kenaikan, dari Rp 3.000 menjadi Rp 4.000. Pasar Raya-Tabing juga naik Rp 1.000.

Sementara beberapa angkot jurusan lain masih menggunakan tarif lama. Seperti, Pasar Raya-Banuaran, Pasar Raya-Teluk Bayur, Pasar Raya-Gaduik. Semua masih menggunakan tarif angkutan lama.

Rizal, (35) salah seorang sopir angkot jurusan Pasar Raya-Cendana mengaku saat BBM naik pertama mereka tidak menaikan tarif. Seka­rang naik lagi jadi mau tidak mau mereka harus menaikan tarif.

“Bingung juga kenaikan BBM bak gelombang,” urai Rizal.

Putra (27) sopir angkot jurusan Pasar Raya-Labor yang juga menaik­kan tarif mengatakan ada beberapa penumpang yang komplen dan juga ada terima dengan kenaikan tarif angkot. “Yang marah-marah ada, tapi mau bagaimana lagi? Kalau tarif tidak naik anak bini saya makan apa?” tambah Indra.


Sopir angkot jurusan Pasar Raya-Banuaran, Yul megaku belum me­n­aik­kan tarif. “Penumpang protes kalau dinaikkan. Bisa-bisa tidak ada yang naik kalau tarif naik,” kata sopir yang biasa dipanggil Buya.

Reaksi beragam juga muncul dari pengguna angkot Kota Padang. Ulva mahasiswa Universitas Negeri Padang mengaku cukup diberatkan dengan naiknya tarif angkot.

“Kalau tarif angkot naik, biaya di Padang juga ikut naik. Apalagi saya mahasiswa yang setiap hari meng­gunakan angkot sebagai trans­portasi utama,” katanya. Chika penumpang angkot Cendana juga mengaku kebe­ratan dengan tarif angkot itu.

“Cara sopirnya minta tidak sopan. Pengumuman resmi kan belum ada jadi aku tidak kasih,” kata Rini.

Ketua Organda Padang Syofyan mengaku semua pihak pasti bingung dengan kondisi BBM yang sebentar-sebentar naik. Untuk mene­tapkan tarif harus duduk bersama dengan anggota dewan dan peme­rintah. Untuk itu, pihaknya tidak bisa menyalahkan sopir yang me­naikkan tarif sepihak. Ia meminta sopir bijak jika ingin menaikkan tarif jangan sampai terlalu tinggi.

Syofyan mengakui kesepakatan dengan anggota dewan dan peme­rintah untuk tidak merubah tarif yang telah ditetapkan jika BBM tidak naik lebih dari Rp1.000.

“Makanya perlu kajian lagi, karena BBM naiknya sudah dua kali jadi,” tandasnya.

Sumber: Haluan

0 Response to "BBM Naik, Masyarakat Sumbar Resah"

Post a Comment

Terima Kasih Telah Berkunjung di Pustaka Pandani
Silahkan komentar anda,


Salam

Irfan Dani, S. Pd.Gr