PADANG - Setelah Kota Padang mengumumkan Kejadian Luar Biasa (KLB) difteri pada pertengahan Januari lalu, kali ini penyakit menular itu mulai menyeberang ke Kota Solok.
Terkait hal ini, Menteri Kesehatan Nila Djuwita F Muluk dalam kunjungannya pada Jumat (20/2) kemarin di Padang mengimbau agar Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota untuk gencar melakukan imunasasi kepada anak yang rentan terkena penyakit menular ini.
“Dinas Kesehatan harus terus memberikan imunisasi kepada anak - anak pada usia yang rentan terkena difteri. Ini penyakit berbahaya dan menular,” ujarnya.
Setidaknya kata Nila, harus dilakukan tiga kali imunisasi untuk mencegah difteri ini. Dimana setelah imunisasi pertama, satu bulan setelah itu suntik lagi. Baru setelah itu enam bulan lagi suntik lagi.
“Kalau ini tidak dilakukan kita bisa rugi. Pertama kerugian obat yang sudah dikeluarkan kedua kerugian anak yang masih tetap sakit. Iya kalo selamat anak ini tak apa, tapi kalau terjadi sesuatu saya kira itu yg tidak kita inginkan. Terus terang saja, saya juga akan menghitung kerugiannya,” paparnya.
Ia melanjutkan, langkah ini dimaksudkan menghindari anak-anak terkinfeksi difteri. Karena satu terkena akan bisa mengkontaminasi yang lain.
“Jadi anak-anak kita mungkin tak kena tapi kena dari anak-anak yang lain kan bisa saja,” ujarnya.
Menkes meminta masyarakat yang mendapat imunisasi untuk kembali ke posyandu atau ketempat di berikan imunisasi kedua dan ketiga.
Sementara itu, Direktur Utama RSUP M Djamil, Ira Yanti ditemui Haluan di sela kunjungan Menkes mengatakan, dari data RSUP M Djamil Januari sampai Februari yang positif difteri sebanyak 4 orang. Sedangkan yang masih dirawat ada 16 orang.
“Total suspec difteri mencapai 24 orang, sedangkan yang masih dirawat ada 16, jadi 8 orang sudah pulang,” terangnya.
Terkait hal ini, Menteri Kesehatan Nila Djuwita F Muluk dalam kunjungannya pada Jumat (20/2) kemarin di Padang mengimbau agar Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota untuk gencar melakukan imunasasi kepada anak yang rentan terkena penyakit menular ini.
“Dinas Kesehatan harus terus memberikan imunisasi kepada anak - anak pada usia yang rentan terkena difteri. Ini penyakit berbahaya dan menular,” ujarnya.
Setidaknya kata Nila, harus dilakukan tiga kali imunisasi untuk mencegah difteri ini. Dimana setelah imunisasi pertama, satu bulan setelah itu suntik lagi. Baru setelah itu enam bulan lagi suntik lagi.
“Kalau ini tidak dilakukan kita bisa rugi. Pertama kerugian obat yang sudah dikeluarkan kedua kerugian anak yang masih tetap sakit. Iya kalo selamat anak ini tak apa, tapi kalau terjadi sesuatu saya kira itu yg tidak kita inginkan. Terus terang saja, saya juga akan menghitung kerugiannya,” paparnya.
Ia melanjutkan, langkah ini dimaksudkan menghindari anak-anak terkinfeksi difteri. Karena satu terkena akan bisa mengkontaminasi yang lain.
“Jadi anak-anak kita mungkin tak kena tapi kena dari anak-anak yang lain kan bisa saja,” ujarnya.
Menkes meminta masyarakat yang mendapat imunisasi untuk kembali ke posyandu atau ketempat di berikan imunisasi kedua dan ketiga.
Sementara itu, Direktur Utama RSUP M Djamil, Ira Yanti ditemui Haluan di sela kunjungan Menkes mengatakan, dari data RSUP M Djamil Januari sampai Februari yang positif difteri sebanyak 4 orang. Sedangkan yang masih dirawat ada 16 orang.
“Total suspec difteri mencapai 24 orang, sedangkan yang masih dirawat ada 16, jadi 8 orang sudah pulang,” terangnya.
Sumber: haluan
0 Response to "Menkes: Imunisasi Difteri Harus 3 Kali"
Post a Comment
Terima Kasih Telah Berkunjung di Pustaka Pandani
Silahkan komentar anda,
Salam
Irfan Dani, S. Pd.Gr