PENGUMUMAN: Terhitung sejak tanggal 2 April 2016, pustaka.pandani.web.id tidak lagi kami update! kerena seluruh update terbaru kami dialihkan kesitus pak.pandani.web.id. Harap dimakulumi.

Mendidik Adalah Tugas Setiap Orang Yang Terdidik



Oleh: Restu Wardi, S.Pd

Hari ini 14 Desember 2011 hari pertama saya berada di sekolah tempat pengabdian satu tahun kedepan, setelah tanggal 11 kemeren dinas pendidikan aceh selatan mengumumkan tempat pengabdian kami. Saya merasa mendapatkan kehormatan untuk melunasi sebuah janji kemerdekaan yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. SMPN 2 Kluet Timur..ya sebuah sekolah terpencil yang jaraknya lebih kurang 11 km dari kota (daerah yang cukup ramai) ato dari tepat tinggal saya, jalan menuju sekolahpun masih jalan tanah, jikalau hari hujan atau malamnya hari hujan sudah barang tentu paginya jalan ini berlumpur, akibatnya kami harus mendorong motor untuk bisa melewati jalan ini, yahhh… ini lah jalan yang harus saya lewati untuk satu tahun kedepannya. Sangat melelahkan memang tapi setelah dilalui ternyata menyenangkan sekali bisa mengajar di daerah terpencil (nanti saya ceritakan kenapa menyenangkan..), satu keyakinan saya sekarang ini bahwa pendidikan harus melibatkan semua orang karena mendidik adalah tugas setiap orang terdidik.
Hingga proses belajar mengajar di semester ganjil pun usai, saya masih belum mulai masuk kelas, melakukan observasi, melihat cara bergaul siswa, latar belakang mereka,beintegrasi dengan masyarakat sekitar sekolah, kalau orang minang bilang Dima Bumi di Pijak di Situ Langik di Junjuang..ya inilah yang saya lakukan. Hingga akhirnya masuklah awal semester Genap, berdasarkan rapat majelis Guru saya lansung dipercaya oleh kepala sekolah untuk mengajar bidang studi Matematika di kelas IX, sebuah pelajaran yang hampir sebagian besar pelajar tidak menyukainya, apalagi Matematika masuk dalam bidang studi Ujian Nasional, bayang – bayang ketidak lulusan siswa lansung menghantui saya ketika itu.
Hari pertama mengajar di kelas IX ini, saya tidak lansung membuka pelajaran Matematika, saya lebih banyak bercerita, memperkenalkan diri saya, bercerita kisah sukses orang-orang yang dulunya hidup dibawah garis kemiskinanan, pertama saya menanyakan tanggapan mereka dengan matematika, saya minta satu persatu dari mereka mengutarakan pendapatnya, hampir seluruh siswa menjawab matematika itu sulit,lho kok…. saya bingung harus jawab apa..? setelah melihat tanggapan siswa saya itu saya pun lansung menjelaskan bahwasanya pelajaran iu semuanya sama, Matematika itu tidak sulit cuman karena kita sendiri yang bilang sulit makanya matematika itu sulit, coba kita bilang Matematika itu gampang, maka dengan sendirinya Matematika itu akan gampang, sentak ketika itu kelas jadi sedikit ribut, ada diantara mereka yang bingung, ada pula yang bertanya-tanya pada temannya,ada pula yang bilang ya betul lah Pak, saya pun tersenyum saja melihat ekspresi dari mereka.
Oke untuk selanjutnya saya ingin tau latar belakang dari siswa saya itu, saya minta kepada mereka untuk menulis cerita pengalaman pribadi yang paling berkesan selama mereka hidup hingga sekarang, semua siswa sibuk menulis cerita versi mereka masing – masing hingga lonceng pergantian jam pun berbunyi, semua tulisan dikumpulkan, sungguh tersentak hati ini ketika saya membaca apa yang mereka tulis, hampir semua siswa saya menulis cerita tentang pengalamannya selama konflik aceh terjadi, ada yang menceritakan ayahnya tertembak dan meninggal,atau mereka harus berjalan kaki puluhan kilometer utuk menyelamatkan diri, bermalam di tengah huta,macam-macam yang lainnya, ternyata konflik di aceh masih membayangi anak-anak ini,mereka masih trauma, ditulisannya mereka juga buat harapannya agar konflik ini jangan pernah terjadi lagi. Konon katanya desa tempat saya mengabdi ini, Desa Pucuk Lembang desa paling ujung yang berbatasan lansung dengan deretan Bukit Barisan dulunya digunakan sebagai medan pertempuran antar TNI dan GAM.
Pertemuan berikutnya saya masih belum memulai membuka materi Matematika Kelas IX, tapi saya ingin melihat sejauh mana kemampuan berhitung yang dimiliki oleh siswa saya, saya mengajukan beberapa operasi perkalian Matematika kepada mereka, ternyata sebagian besar dari mereka tidak bisa melakukan operasi perkalian dengan baik, saya pun berpikir bagaimana mungkin saya bisa memberikan materi kelas IX atau membawa mereka lulus Ujian Nasional dalam waktu 4 bulan kedepan sedangkan operasi perkalian biasa saja mereka tidak bisa, Hari kedua mengajar di kelas IX kembali saya habiskan bercerita tentang matematika, berbagi trik-trik sukses orang-orang besar yang biasa saya baca, menyemangati mereka bahwasanya kesempatan sukses seseorang dengan orang lain itu sama, sukses tidak melihat apa yang dimilikinya saat ini, tapi sejauh mana kemauannya untuk berubah lebih baik dari kondisinya saat ini.
Pertemuan berikutnya barulah saya memulai pelajaran Matematika, tidak terlalu serius, saya lebih banyak memberikan semangat, memberika motivasi agar mereka lebih rajin belajar, setiap hari dalam pembelajaran Matematika saya lakukan seperti ini, bercerita masa-masa kecil orang-orang sukses di Indonesia saat ini, yang tidak beda jauh dengan mereka, seperti kisah Bapak Dahlan Iskan,masa kecil beliau yang berada di bawah garis kemiskinan, bagaimana semangat yang dimilikinya untuk memiliki sepatu yang didapatnya ketika beliau sekolah di Aliah. Sifat rendah diri semangat untuk maju inilah yang patut mereka contoh, hari ini beliau dipercaya sebagai Mentri BUMN. Sebelum pembelajaran di mulaipun saya selalu menanyakan siapa yang ada belajar matematika tadi malam, setiap pertemuannya saya liat adanya peningkatan, ketika sebelumnya ketika saya Tanya apakah mereka ada belajar dirumahnya atau tidak,,,? sebagian besar mereka jawab tidak, dan hari demi hari… mereka sudah mulai belajar di rumahnya disamping membantu orang tuanya. Saya ingin menanamkan pada mereka agar mereka menjadikan belajar merupakan kebutuhan dalam hidupnya, tidak ada lagi paksaan, tidak adalagi kata malas dalam belajar, dengan belajar mereka merasa ada sesuatu yang besar yang sedang menanti mereka di depan sana, yaitu kehidupan yang lebih baik,masa depan yang lebih cerah.
Hingga Ujian Nasional pun di selenggarakan di SMP tempat saya mengabdi ini, bayang-bayang banyak siswa tidak lulus menghantui semua majelis Guru saat itu. Dan ternyata siswa saya lulus 100%. Diakhir pertemuan saya dengan siswa kelas IX saya minta kepada mereka untuk menulis tanggapan mereka setelah belajar Matematika dengan saya, saya melarang mereka untuk menuliskan nama, mereka saya bebaskan untuk menulis apapun itu yang mereka rasakan, setelah semua tulisan saya kumpulkan, kembali tulisan yang mengejutkan…!!! ternyata tidak ada satu orangpun dari siswa saya yang mengatakan belajar Matematika itu membosankan, Matematika itu menyenangkan, malahan di antara tulisan itu ada yang minta saya untuk tetap mengajar Matematika di sana untuk selamanya, dalam hati saya jawab “mana mungking… saya cuman di kontrak 1 tahun disini”.
Inilah saat menyenangkan yang saya rasakan, saya memenuhi ajakan dari siswa saya untuk ikut dengan mereka pergi menangkap ikan di sungai yang jarak sungai itu harus di tempuh dengan berjalan kaki selama lebih kurang 2 jam. ketika saya pertama kali mengajar diSMP ini,  saya melihat ada ketakutan dari wajah mereka ketika bertemu dengan saya, mereka menganggap saya sangat asing, saya tidak bisa berbahasa Aceh yang biasa mereka pakai sedangkan untuk berkomunikasi dengan bahasa Indonesia saja mereka sulit, mereka jarang menggunakan bahasa Indonesia dalam kehidupannya. Hari ini mereka tidak menganggap saya orang asing lagi mereka mengajak saya untuk berkeliling kampungnya, pergi menangkap ikan, pekerjaan yang biasa mereka lakukan.
Akhirnya tibalah dihari yang sudah saya sepakati dengan siswa saya untuk pergi bertamasya menangkap ikan di sungai, Jauh memang perjalanan yang kami tempuh tapi sangat menyenangkan bisa pergi dengan mereka, saya sudah menganggap mereka semua adik kandung saya sendiri, perbekalan pun kami siapkan ketika itu seperti nasi, sambal, dimana nantinya kami untuk membakar hasil tangkapan ikan nantinya. Suara heboh dan tawa mengiringi perjalanan kami itu, sampai akhirnya kami dapatkan ikan, salah seorang dari mereka lansung menyodorkan ikan tangkapannya pada saya, bapak ini buat bapak…saya balas dengan senyuman padanya.
Lebih kurang 4 jam saya habiskan waktu bersama mereka di sungai tempat mereka biasa menangkap ikan, tempat ini sudah biasa digunakan oleh warga desa sebagai tempat rekreasi tiap tahunnya. Setelah makan siang besama, saya mengajak mereka untuk balik pulang, takut nanti kalau terlalu lama disini kami bisa kemalaman pulangnya. Inilah dia liburan setelah Ujian Nasional yang menyenangkan.
Di akhir pertemuan saya dengan siswa saya, ketika mereka akan siap-siap untuk meninggalkan sekolah ini, saya berpesan pada mereka. Kalau anak-anak bapak ingin sukses, kalau anak-anak bapak ingin membuatkan rumah baru untuk orang tua anak-anak bapak, kalau anak-anak bapak ingin memperbaiki jalan di kampong ini, ingin membahagiakan orang-orang yang berada di sekitar anak-anak bapak. Satu hal yang harus anak-anak bapak lakukan, kalian harus pergi meninggalkan kampong ini bareng beberapa tahun kedepan, pergi sejauh apa yang anda sanggup, lanjutkan sekolah, jangan sampai ada rencana untuk berhenti sekolah raih apa yang menjadi cita-cita anda saat ini. Tuliskan target-target masadepan yang akan diraih,dan yakinlah suatu saat nanti, satu persatu target itu akan anda raih. Nanti kalau sudah tiba saatnya, anda akan balik ke kampong ini, barulah anda bisa membangun kampong ini menjadi lebih baik.



Salam Sukses “Manjadda Wa Jadda

1 Response to "Mendidik Adalah Tugas Setiap Orang Yang Terdidik"

Terima Kasih Telah Berkunjung di Pustaka Pandani
Silahkan komentar anda,


Salam

Irfan Dani, S. Pd.Gr