PALEMBANG - Meskipun proporsi kelulusan tingkat SMA dari hasil Ujian Nasional (UN) 50-50, dan diserahkan ke sekolah tetapi siswa dan guru jangan anggap enteng pelaksanaan UN 2015. Pasalnya, pelaksanaan UN 2015 tetap menjadi acuan kualitas dan mutu pendidikan siswa.
Kepala Dinas Pendidikan Sumsel Drs Widodo menjelaskan proporsi pelaksanaan UN tidak sepenuhnya menjadi penentu kelulusan. Guru di sekolah tetap memacu siswa untuk belajar dengan giat untuk menghadapi pelaksanaan UN pada 13 April mendatang.
"Intinya jangan menganggap remeh soal-soal UN, pemerintah pusat juga akan mengurangi tingkat kesulitan soal UN. Jadi, kalau masih mendapatkan nilai UN yang belum maksimal berarti guru tidak maksimal memberikan materi pendidikan di sekolah," ungkapnya, Kamis (8/1).
Ia menghimbau, mendekati pelaksanaan UN nanti guru wajib memberikan pelajaran tambahan bagi siswa yang akan menjadi peserta UN. "Kami imbau supaya guru memaksimalkan proses belajar khusus siswa yang akan menghadapi pelaksanaan UN dan ini sudah menjadi kewajiban pihak sekolah," tegasnya.
Ia menambahkan, tahun ini peran Dinas Pendidikan di setiap provinsi lebih dilibatkan. Jadi tanggung jawab untuk memaksimalkan pelaksanaan UN akan menjadi tanggung jawab bersama. "Siswa harus giat belajar, tidak ada jaminan lulus 100 persen meskipun UN tidak lagi dijadikan sebagai penentu kelulusan," ungkapnya.
Sementara itu, Kepala Bidang (Kabid) SMP-SMA Disdikpora Sumsel, Lukman Haris mengatakan pihaknya akan memaksimalkan pelaksanaan UN tingkat SMA pada 13 April mendatang. "Tingkat kelulusan harus meningkat dari tahun sebelumnya. "Jangan sampai kelulusan tahun ini menurun, guru diminta untuk memberikan materi yang cukup," jelasnya.
Ia berharap, guru dan siswa jangan berbuat curang dan melakukan tindakan yang melanggar aturan pada pelaksanaan UN nantinya. "Meskipun nilai UN tidak menjadi penentu kelulusan, siswa jangan sampai terlena, karena hasil UN masih tetap menjadi tolak ukur kualitas pendidikan," ucapn Lukman.
Kepala Dinas Pendidikan Sumsel Drs Widodo menjelaskan proporsi pelaksanaan UN tidak sepenuhnya menjadi penentu kelulusan. Guru di sekolah tetap memacu siswa untuk belajar dengan giat untuk menghadapi pelaksanaan UN pada 13 April mendatang.
"Intinya jangan menganggap remeh soal-soal UN, pemerintah pusat juga akan mengurangi tingkat kesulitan soal UN. Jadi, kalau masih mendapatkan nilai UN yang belum maksimal berarti guru tidak maksimal memberikan materi pendidikan di sekolah," ungkapnya, Kamis (8/1).
Ia menghimbau, mendekati pelaksanaan UN nanti guru wajib memberikan pelajaran tambahan bagi siswa yang akan menjadi peserta UN. "Kami imbau supaya guru memaksimalkan proses belajar khusus siswa yang akan menghadapi pelaksanaan UN dan ini sudah menjadi kewajiban pihak sekolah," tegasnya.
Ia menambahkan, tahun ini peran Dinas Pendidikan di setiap provinsi lebih dilibatkan. Jadi tanggung jawab untuk memaksimalkan pelaksanaan UN akan menjadi tanggung jawab bersama. "Siswa harus giat belajar, tidak ada jaminan lulus 100 persen meskipun UN tidak lagi dijadikan sebagai penentu kelulusan," ungkapnya.
Sementara itu, Kepala Bidang (Kabid) SMP-SMA Disdikpora Sumsel, Lukman Haris mengatakan pihaknya akan memaksimalkan pelaksanaan UN tingkat SMA pada 13 April mendatang. "Tingkat kelulusan harus meningkat dari tahun sebelumnya. "Jangan sampai kelulusan tahun ini menurun, guru diminta untuk memberikan materi yang cukup," jelasnya.
Ia berharap, guru dan siswa jangan berbuat curang dan melakukan tindakan yang melanggar aturan pada pelaksanaan UN nantinya. "Meskipun nilai UN tidak menjadi penentu kelulusan, siswa jangan sampai terlena, karena hasil UN masih tetap menjadi tolak ukur kualitas pendidikan," ucapn Lukman.
Sumber: TRIBUNNEWS
0 Response to "Siswa dan Guru Jangan Anggap Remeh Soal UN"
Post a Comment
Terima Kasih Telah Berkunjung di Pustaka Pandani
Silahkan komentar anda,
Salam
Irfan Dani, S. Pd.Gr