Pernahkah kita berpikir untuk hidup didaerah terpelosok luar jawa, dengan minim fasilitas bahkan listrikpun sulit ditemui?
Hal itu tak menyurutkan semangat Evin Zulfa Nur Syekha, ia justru tertarik dan mengabdikan dirinya untuk mengajar anak-anak di pelosok dengan mengikuti program SM3T (Sarjana Mendidik di Daerah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal).
Alumni UNNES ini ditugasi mengajar Fisika di SMP 3 Satu Atap, dimana hanya ada tiga kelas (kelas 7, 8, dan 9) dan gurunya hanya ada dua orang PNS termasuk kepala sekolah, sedangkan tujuh lainnya adalah guru honorer yang jarang masuk.
"Sebelum ada guru SM3T siswa-siswi masuk pukul 08.00 dan ketika ada guru mereka pulang jam 11.00. Ketika nggak ada guru yang datang, mereka datang hanya main-main dan setelah jam 10.00 mereka pulang," Ungkap Evin.
Ia juga menambahkan Belum lagi nggak ada buku paket untuk siswa. Hanya ada beberapa untuk guru dan itupun nggak lengkap. Perpustakaan pun nggak ada, jadi sumber belajar mereka hanya dari catatan guru saja.
Selain mengajar guru SM3T Unnes ini juga mencari sayur di hutan dan mengajar baca Alquran di kampung muslim dengan berjalan sekitar 25 menit, jika hujan bisa mencapai 1 jam, karena jalanan lumpur dan becek.
"Jika ingin bisa telepon kita harus naik ke bukit yang kita namakan bukit sinyal selama kurang lebih 15 menit," ungkapnya Seperti yang dilansir Suara Expresi (SM).
Selain ingin mendapatkan beasiswa PPG 1 tahun. Motivasi evin ikut program SM3T karena ingin merasakan bagaimana hidup di pedalaman, mengajar anak-anak di pedalaman juga membantu mengatasi kekurangan guru di daerah 3T.
Hal itu tak menyurutkan semangat Evin Zulfa Nur Syekha, ia justru tertarik dan mengabdikan dirinya untuk mengajar anak-anak di pelosok dengan mengikuti program SM3T (Sarjana Mendidik di Daerah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal).
Alumni UNNES ini ditugasi mengajar Fisika di SMP 3 Satu Atap, dimana hanya ada tiga kelas (kelas 7, 8, dan 9) dan gurunya hanya ada dua orang PNS termasuk kepala sekolah, sedangkan tujuh lainnya adalah guru honorer yang jarang masuk.
"Sebelum ada guru SM3T siswa-siswi masuk pukul 08.00 dan ketika ada guru mereka pulang jam 11.00. Ketika nggak ada guru yang datang, mereka datang hanya main-main dan setelah jam 10.00 mereka pulang," Ungkap Evin.
Ia juga menambahkan Belum lagi nggak ada buku paket untuk siswa. Hanya ada beberapa untuk guru dan itupun nggak lengkap. Perpustakaan pun nggak ada, jadi sumber belajar mereka hanya dari catatan guru saja.
Selain mengajar guru SM3T Unnes ini juga mencari sayur di hutan dan mengajar baca Alquran di kampung muslim dengan berjalan sekitar 25 menit, jika hujan bisa mencapai 1 jam, karena jalanan lumpur dan becek.
"Jika ingin bisa telepon kita harus naik ke bukit yang kita namakan bukit sinyal selama kurang lebih 15 menit," ungkapnya Seperti yang dilansir Suara Expresi (SM).
Selain ingin mendapatkan beasiswa PPG 1 tahun. Motivasi evin ikut program SM3T karena ingin merasakan bagaimana hidup di pedalaman, mengajar anak-anak di pedalaman juga membantu mengatasi kekurangan guru di daerah 3T.
Sumber: UNNES*NET
loading...
(function(){
var D=new Date(),d=document,b='body',ce='createElement',ac='appendChild',st='style',ds='display',n='none',gi='getElementById';
var i=d[ce]('iframe');i[st][ds]=n;d[gi]("M283033ScriptRootC165025")[ac](i);try{var iw=i.contentWindow.document;iw.open();iw.writeln("
like this (y)
ReplyDelete