JAKARTA - Kurikulum 2013 yang diluncurkan dengan jargon merangsang kreativitas guru dan siswa, dalam penerapannya menunjukkan kenyataan sebaliknya. Para guru merasa terbebani kurikulum baru, bahkan di antara mereka mengaku justru terpasung kreativitasnya.
“Kurikulum 2013 justru memasung kreativitas guru,” kata Aswin Erwansyah, guru prakarya dan kewirausahaan di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 2 Kota Jambi kepada SH, Selasa (2/12), dari Jambi.
Dia mengungkapkan, materi dalam buku Kurikulum 2013 untuk mata pelajaran yang diajarnya, bersifat pasif dan kaku. Guru dan siswa tidak leluasa mengembangkan keahlian dan keterampilan sesuai minat mereka. “Materi terlalu pasif, tidak merangsang kreativitas siswa. Materi yang dicantumkan juga harus diikuti,” ucap Aswin.
Namun yang paling memprihatinkan, ia menuturkan, tidak semua guru memahami materi dalam buku tersebut. Ia mencontohkan, beberapa materi yang ditetapkan dari awal hingga akhir semester harus diikuti guru dan siswa, yakni merajut kain perca menjadi alas kaki, membuat kulit telur menjadi bunga, dan beternak ikan hias. “Tidak semua guru mampu dan tertarik mengajarkan materi tersebut,” kata Aswin.
Terlalu Dipaksakan
Menurutnya, cukup sulit menyelesaikan materi tersebut selama dua jam pelajaran. Sementara itu, guru dituntut menuntaskan materi tersebut dan memberikan penilaian. Padahal, untuk menyelesaikan satu materi butuh waktu berhari-hari, sedangkan penilaian harus mencakup semua materi. “Waktunya tidak memadai untuk menyelesaikan sesuai yang ditetapkan buku,” tuturnya.
Guru yang mengajar sejak 1995 ini berpendapat, pemerintah terlalu memaksakan penerapan Kurikulum 2013. Padahal, kurikulum tersebut tidak siap, baik dalam hal konsep, materi, maupun kemampuan para guru. “Bagaimana kami tidak stres, buku bersifat kaku dan pasif, tidak memungkinkan guru mengembangkan pembelajaran,” ujar Aswin.
Eliyas Suparmanta, guru SMP Negeri 4 Panggang Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), menyebutkan, guru cenderung terbebani jumlah materi pembelajaran Kurikulum 2013 yang relatif banyak. Di sisi lain, metode pembelajaran belum dikuasai guru dengan baik. Akibatnya, Kurikulum 2013 yang awalnya dibuat untuk merangsang kreativitas guru dan siswa justru menghambat mereka berkreasi.
“Guru yang kreatif malah terpasung karena harus mengikuti arah buku yang ada,” ucapnya.
Materi Asal Comot
Menurut Eliyas, para guru yang sudah lama mengajar mata pelajaran mungkin akan mengetahui cara menyiasati materi yang banyak, misalnya dengan membuat ringkasan. Namun, guru pada umumnya akan kebingungan, terlebih yang baru mengajar beberapa tahun. Pasalnya, mereka umumnya belum memahami, mana materi yang penting dan mana yang kurang penting. Akibatnya, mereka akan cenderung merasa tidak sanggup menuntaskan semua materi pembelajaran.
Kondisi tersebut, menurut Eliyas, diperparah dokumen Kurikulum 2013 yang banyak kesalahan. Materi terkesan dicomot dari sana-sini. Buku mencantumkan banyak hal, tetapi tidak memuat inti pembelajaran.
“Buku Kurikulum 2013 terkesan berisi materi hasil comot sana-sini, konsepnya tidak jelas, dan banyak salah,” tutur Eliyas yang mengaku suka buku-buku zaman dia studi sebagai sumber acuan.
Sumber: sinarharapan
0 Response to "Kurikulum 2013 Pasung Kreativitas Guru"
Post a Comment
Terima Kasih Telah Berkunjung di Pustaka Pandani
Silahkan komentar anda,
Salam
Irfan Dani, S. Pd.Gr