Bukan
suatu hal yang baru apabila dinyatakan bahwa organisme yang hidup sekarang
berasal dari satu sel induk yang berada pada berjuta-juta tahun yang silam. Sel
induk ini secara bertahap dan pelan-pelan, berubah untuk dapat menyesuaikan
diri dengan lingkungannnya supaya dapat melangsungkan hidup. Perubahan
struktural dan fungsional ini menimbulkan dua kelompok besar yang sekarang kita
kenal dengan kelompok sel prokariota dan eukariota.
1.
Prokariota
Kelompok
prokariota mencakup bakteria dan mikroplasma. Bakteria merupakan organisme yang
paling sederhana. Mereka pada umumnya berbentuk bola atau batang, dan berukuran
beberapa mikrometer. Struktur umum suatu bakteria dari luar ke dalam secara
berturut-turut terlihat bahwa bakteria terdiri dari selaput (membrane) plasma
dan sitoplasma yang di dalamnya terdapaat nukleoid (menyerupai nucleus) dan ribosoma,
yang seluruhnya dilindungi oleh dinding sel. Selaput (membrane) plasma pada
tempat-tempat tertentu melipat-lipat dan membentuk suatu bangunan yang disebut
mesosoma. Dinding sel bakteri mengandung senyawa mukopeptida yang digunakan
untuk mengelompokkan bakteri. Bagan yang tertera di bawah ini menunjukkan hubungan antar marga
bakteri dengan sel induknya.
Kadar senyawa mukopeptida bakteria
gram positif lebih tinggi dari-pada bakteria gram negatif. Pada beberapa jenis
bakteria di luar dinding sel masih terdapat suatu struktur tambahan yang
disebut kapsula. Dinding sel dan kapsula berperan sebagai pelindung.
Mesosoma
yang juga disebut kondrioid (berperan seperti mitokondria) juga berperan
sebagai alat pengatur penggandaan
(pembelahan) sel dan fotosintesis bagi bakteria fotosintetik. Lipatan selaput (membrane) plasma
bersama-sama dengan ribosoma berperan untuk mensintesis protein.
Beberapa jenis bakteria memiliki alat gerak yang disebut flagella. Alat
gerak yang sederhana ini berasal dari granula basal yang terdapat di
sitoplasma. Di tengahnya terdapat sebuah filamen yang terdiri dari senyawa
protein yang disebut flagellin. Jenis-jenis yang lain ada yang mampu melakukan
fotosintesis. Kelompok ini digolongkan ke dalam jenis cyanobacteria yang
disebut juga dengan ganggang (alga) biru-hijau. Cyanobacteria hidup soliter
atau membentuk koloni yang berupa benang. Susunan komponen struktur
cyanobacteria dari luar ke dalam sebagai berikut: seludang gelatin, dinding
sel, selaput (membrane) plasma yang
melipat-lipat membentuk lamelasoma yang mengandung pigmen fotosintesis. Di
dalam selaput (membran) plasma terdapat sitoplasma yang mengandung ribosoma dan
nukleoid.
Gambar 1. Struktur Umum Sel Prokariota |
Prokariota terkecil yang hidup bebas yaitu
Myxoplasma yang juga disebut PPLO. Organisme ini menimbulkan sejumlah penyakit
pada hewan dan manusia, misalnya penyakit pneumonia.
2.
Eukariota
Eukariota memiliki karion atau nukleus. Di dalam nukleus inilah
terkandung sebagia besar ADN. Sel-sel eukariota mencakup sel-sel golongan
protista (eukariota bersel satu), jamur, tumbuhan, dan hewan. Ukuran sel
eukariota lebih besar daripada sel prokariota.
Struktur organisasi sel eukariota
secara umum sebagai berikut: sebagian besar bagian terluar sel tumbuhan
dilindungi oleh suatu selaput yang kaku, yang kemudian disebut dinding sel.
Dinding ini sebagian besar terdiri dari senyawa sellulosa. Di sebelah dalam
dinding sel dijumpai bahan atau senyawa kimia yang memiliki tanda-tanda hidup,
yang disebut protoplasma. Protoplasma merupakan senyawa heterogen mencakup
sitoplasma yang bagian tepinya terdiferensiasi menjadi selaput tipis yang
disebut selaput (membran) plasma, dan nukleoplasma. Antara sitoplasma dan
nukleoplasma terdiri dari matriks sitoplasmik atau sitosol yang merupakan
cairan agak bening dan ruangan-ruangan yang dikelilingi selaput (membran).
Ruangan-ruangan beserta selaput (membran)nya disebut organela. Bentukan ini
terlihat langsung dalam proses metabolisme sel. Terdapat beberapa jenis
organela, yaitu Retikulum Endoplasma (RE) yang terdiri atas dua macam, yaitu
Retikulum Endoplasma Granular (REG) dan Retikulum Endoplasma Agranular (REA).
Kompleks golgi (Diktiosoma), Badan
Mikro, Mitokondria, dan Plastida. Selain itu di dalam sitoplasma juga dijumpai
hasil metabolisme yang ditimbun dan tidak terlihat langsung dalam proses
metabolisme sel. Metabolisme yang ditimbun ini disebut paraplasma, beberapa
contohnya adalah glikogen, sellulosa, dan lain-lain. Nukleoplasma beserta
selubungnya disebut nukleus. Di dalam nukleoplasma terdapat anyaman kromatin
yang terlihat pada sel dalam stadium interfase atau kromosom yang terlihat di saat sel mengalami penggandaan, baik
mitosis maupun meiosis.
Struktur organisasi sel hewan mirip
dengan sel tumbuhan dengan catatan bahwa pada sel hewan terdapat lisosoma dan
tidak memiliki plastida dan sebagian besar tidak memiliki dinding sel. Sel
hewan memiliki sentriola, sedangkan sel tumbuhan memiliki aster yang fungsinya
seperti sentriola,
Untuk lebih jelasnya mempelajari
perbedaan sel makhluk hidup, maka pada halaman berikut ini dikemukakan
perbedaan sel prokariota dengan sel eukariota.
Tabel 1. Perbandingan Struktur Umum Sel Prokariota dan
Eukariota.
Aspek
Pembeda
|
Prokariota
|
Eukariota
|
Organisme
|
Bakteri dan cyanobakteri
|
Protista, Fungi, tumbuhan, dan hewan.
|
Ukuran sel
|
Matra linear 1 sampai 10 mikronmeter
|
Matra linear 10 sampai 100
mikronmeter.
|
Metabolisme
|
Anaerobik atau aerobik
|
Aerobik
|
Organela
|
Tidak berstruktur membran
|
Berstruktur membran, kecuali ribosoma.
|
AND
|
Letaknya di sito-plasma, berbentuk
sirkular
|
Letaknya di mitokondria, plastida, dan
nukleus.
Berbentuk benang halus yang sangat
panjang dan linier.
|
ARN dan protein
|
ARN dan protein disintesis di ruangan yang
sama di sitoplasma.
|
RNA disintesis di mitokondria,
plastid, dan nucleus. Protein di sintesis di sitoplasma
|
Sitoplasma
|
Tanpa sitoskelet, tidak ada gerakan
sito-plasmik, endositosis, dan eksositosis.
|
Memiliki sitoskelet; terjadi gerakan
sitoplasmik, terjadi proses endositosis maupun eksositosis.
|
Penggandaan (pembelahan) sel
|
Kromatin ditarik dengan jalan melekat pada selaput
plasma
|
Kromosoma dipisahkan oleh aparatus
mitosis yang terdiri dari filamen sitoskeletik
|
Organisme selular
|
Unisel, ada yang dalam keadaan soliter
dan ada berbentuk koloni
|
Sebagian besar multisel, dengan
diferensiasi beberapa jenis sel.
|
C. Bahan
Penyusun Sel (Protoplasma)
Protoplasma merupakan suatu massa
yang memiliki tanda-tanda hidup. Protoplasma memiliki sifat-sifat dan
tanda-tanda struktural, kimiawi, maupun fisikokimiawi, yang serupa untuk semua
sel. Perbandingan zat-zat penyusun dan zat-zat yang dihasilkan dapat
berbeda-beda. Dari analisis kimia diperoleh hasil bahwa protoplasma terdiri
dari air, protein, lipida, karbohidrat (sakarida), dan garam-garam mineral. Di
bawah ini dikemukakan tabel tentang senyawa-senyawa penyusun sel (protoplasma)
tumbuhan dan hewan.
Tabel 2. Senyawa-senyawa Penyusun
Protoplasma
Senyawa
sel
|
Protoplas
sel hewan
(dalam
%)
|
Protoplasma
sel tumbuhan
(dalam
%)
|
Air
|
60,0
|
75,0
|
Senyawa organic
|
35,7
|
22,5
|
Protein dan
as. Nukleat
|
17,8
|
4
|
Lipida
|
11,7
|
0,5
|
Sakarida
|
6,2
|
18
|
Senyawa anorganik
|
4,2
|
2,5
|
1.
Air
Di
dalam sel, air dikelompokkan menjadi tiga kelompok; yaitu: Pertama; air intramolekuler, yaitu molekul air
yang merupakan bagian dari molekul-molekul protein, sekitar 4 % dari air
selular. Kedua; air terikat,
merupakan molekul-molekul air yang terikat pada protoplasma dan memerlukan
tenaga cukup besar untuk memisahkannya.
Ketiga; air bebas, merupakan
air yang terdapat di dalam vakuola. Air intramolekular tidak dapat dihilangkan
tanpa merusak protoplasma.
Air berperan sangat penting pada
kehidupan sel maupun kehidupan semua organisme. Air merupakan pelarut dan pengangkut
senyawa-senyawa yang diperlukan sel maupun limbah yang harus dibuang. Air juga
merupakan agensia reaksi-reaksi enzimatis.
Di
dalam air bebas, terlarut berbagai jenis senyawa kimia, antara lain: Pertama;
senyawa-senyawa yang mengandung Ca, Na, k, Mg, Fe, dan lain-lain. Kedua;
senyawa-senyawa organik yang terlarut. Ketiga; gas-gas terlarut berupa O2,
CO2, dan N2 yang berasal dari udara.
2.
Protein
Komponen lain dari protoplasma
yang sangat penting adalah protein. Senyawa ini terdiri dari unsur-unsur:
karbon, hidrogen, oksigen, dan nitrogen. Molekul-molekul protein merupakan
molekul pekerja. Mereka berperan sebagai katalisator berbagai reaksi kimia,
memberi kekakuan struktural, memantau permiabilitas selaput (membran), mengatur
kadar metabolit yang diperlukan, mengakibatkan gerakan, dan memantau kegiatan
gen. Bahan baku protein adalah molekul-molekul asam amino, karena mengandung gugus karboksil dan gugus
amin.
Jenis protein antara lain
Fibrosa, misalnya kolagen, fibrin, aktin, miosin, dan sebagainya, serta protein
globular, misalnya haemoglobin, mioglobin, enzim dan sebagainya. Selain itu
protein digolongkan pula menjadi protein struktural dan protein dinamis.
Protein struktural berperan
sebagai penunjang atau penyokong. Protein ini terdapat pada membran, di dalam
sel, maupun di luar sel. Protein yang terdapat di dalam sel disebut protein
struktural intrasel. Protein-protein ini membentuk kerangka mekanik sel dan
disebut kerangka sel atau sitoskelet. Mereka terdiri dari protein tubulin,
aktin, pektin, dan lain-lain. Protein struktural yang terdapat di luar sel
disebut protein struktural ekstrasel, dijumpai pada organisme multisel, contohnya adalah kolagen pada kulit, tulang
rawan dan tulang sejati, keratin pada kuku, rambut, dan sebagainya.
Protein dinamis merupakan protein
yang terlibat langsung dalam metabolisme sel, mudah terurai dan terakit
kembali. Protein ini mencakup enzim-enzim yang merupakan katalisator pada
metabolisme intrasel maupun ekstrasel, hormon, insulin, FSH, LH, tirosen, dan
sebagainya serta pigmen darah: hemoglobin dan hemiosianin.
3.
Lipida
Lipida mencakup asam lemak, lemak
netral, fosfolipida, terpen dan steroid. Asam lemak memiliki dua daerah:
Pertama; Rantai hidrokarbon yang bersifat hidrofobik, tidak terlarut di dalam
air, dan kurang reaktif, Kedua; Gugus asam karboksilat yang mengion di dalam
larutan, terlarut di dalam air, dan mudah beraksi membentuk ester. Asam lemak
merupakan sumber zat makanan. Mereka disimpan di dalam sitoplasma berupa
tetes-tetes gliserida yang terdiri dari tiga rantai asam lemak, yang
masing-masing terikat pada gliserol.
Selain sebagai sumber zat makanan dan tenaga, peranan asam lemak yang
terpenting adalah sebagai penyusun selaput (membran) plasma. Selaput tipis ini
sebagian besar terdiri dari fosfolipida. Setiap molekul fosfolipida memiliki
ekor hidrofobik yang terdiri dari dua buah rantai asam lemak, dan gugus kepala
yang bersifat polar dan hidrofilik. Molekul-molekul fosfolipida bersifat
seperti detergen. Tetesan fosfolipida pada tetesan air akan membentuk lapisan
tipis di permukaan air tersebut. Selaput (membran) plasma terdiri dari lapisan molekul-molekul fosfolipida dengan
ekor mengarah ke dalam membran, sedangkan kepalanya mengarah ke luar membran.
Dua buah lapisan fosfolipida dapat berkaitan ekor dengan ekor membentuk
dwilapisan fosfolipida yang merupakan struktur dasar selaput (membran) plasma.
4.
Karbohidrat
(Sakarida)
Karbohidrat seringkali disebut sakarida, karena
terdiri dari rangkaian molekul-molekul gula yang disebut monosakarida. Beberapa
molekul monosakarida mengandung unsur nitrogen dan sulfur. Dua buah
monosakarida yang saling berkaitan disebut disakarida, trisakarida terdiri dari tiga buah
monosakarida. Empat sampai enam monosakarida yang saling berikatan membentuk
oligosakarida, dan lebih dari enam monosakarida atau gabungan monosakarida,
disakarida, dan oligosakarida membentuk polisakarida.
Polisakarida yang juga disebut
glikan merupakan untaian monosakarida yang sangat panjang. Untaian ini dapat
lurus maupun bercabang-cabang. Polisakarida digolongkan menjadi polisakarida
struktural dan polisakarida nutrien. Beberapa contoh polisakarida struktural
adalah selulosa pembentuk dinding sel tumbuhan, asam hialuronat sebagai salah
satu komponen substansi antara sel pada jaringan ikat, glikolipida,
glikoprotein, dan sebagainya. Beberapa contoh polisakarida nutrien adalah
amilum, terdapat di dalam sel tumbuhan dan bakteria, glikogen di dalam sel
hewan dan paramilum di dalam beberapa jenis protozoa.
5.
Nukleotida
dan Asam nukleat
Komponen lain dari protoplasma yang sangat penting adalah nukleotida dan
asam nukleat. Satu molekul nukleotida terdiri dari sebuah basa berbentuk cincin
yang mengandung nitrogen, gula dari 5 unsur karbon berupa ribosa atau
deoksiribosa, dan gugus fosfat yang terikat pada gula. Basa nitrogen dapat berasal dari kelompok
purin, yaitu guanin dan adenin maupun kelompok pirimidin yaitu sitosin, timin,
dan urasil. Nukleotida yang berperan sebagai pembawa tenaga antara lain AMP,
ADP, dan ATP. Untaian sejumlah
nukleotida membentuk asam nukleat. Asam nukleat dinamakan Asam Deoksiribo
Nukleat (ADN) jika gugus gulanya terdiri dari deoksiribosa dan Asam Ribo
Nukleat (ARN) bila gugus gulanya adalah ribosa. Asam nukleat merupakan senyawa
yang sangat penting, terutama ADN sebagai pembawa sifat menurun.
6.
Garam-garam
mineral
Garam-garam
mineral di dalam sel dapat berbentuk molekul maupun terikat dengan molekul lain
dalam bentuk ion. Ion dari garam mineral yang penting untuk proses kehidupan
sel antara lain ion Na, K, Ca, Fe, Mn, dan lain-lain.
D. Teknik
Pengamatan Sel.
Sel merupakan bentukan yang kecil dan rumit. Sulit
untuk melihat struktur dan menemukan komposisi molekulernya, lebih sulit lagi
untuk memahami kerja setiap komponennya yang dapat kita pelajari tentang sel
sangat ditentukan oleh alat yang kita miliki dan kita gunakan. Secara singkat
akan dibahas teknik dasar yang biasa digunakan untuk mempelajari sel.
1.
Mikroskopi
Rata-rata sel
hewan bergaris tengah antara 10 sampai 20 mikro-meter.sel-sel ini selain kecil,
juga bening dan tidak berwarna, sehingga sulit untuk dilihat. Saat ini
mikroskopi sangat ditentukan oleh teknik pembuatan preparat dan mikroskopinya. Mikroskopi
digunakan untuk mempeljari struktur suatu sel. Sampai saat ini dikenal beberapa
jenis mikroskop yaitu mikroskop cahaya yang memiliki daya pisah 0,2 mikronmeter
dan mikroskop elektron yang daya pisahnya 0,002 nanometer.
Dewasa ini dikenal beberapa jenis mikroskop cahaya,
yaitu mikroskop fluoresen, kontras-fase, kontras-interferensi, lapang-gelap,
dan lapang- terang. Mikroskop ini digunakan untuk mengamati dan mempelajari
sel-sel yang hidup. Mikroskop fluoresen digunakan untuk mengetahui tempat
molekul-molekul tertentu di dalam sel hidup maupun yang sudah dimatikan.
Zat-zat yang akan dilihat ditandai dengan fluorokrom, suatu senyawa yang
berpencar. Cahaya yang digunakan adalah sinar ultraviolet.
Seperti halnya mikroskop cahaya, dikenal pula dua jenis mikroskop electron, yaitu mikroskop
elektron transmisi yang dikenal dengan singkatan TEM dan mikroskop elektron
payar yang dikenal dengan singkatan SEM. Mikroskop elektron transmisi (TEM)
memberikan bayangan dwimatra dan digunakan untuk mempelajari struktur halus sel
dan komponen-komponennya, sedangkan mikroskop elektron payar (SEM) memberikan
bayangan trimatra, digunakan untuk mempelajari bentukan permukaan seperti
mikrovili, stereosilia, dan organisme unisel.
Seseorang dapat mengamati dan mempelajari struktur sel dengan cermat dan
tenang apabila sediaan yang diamati merupakan sediaan awetan, baik suatu sel
sebagai makhluk hidup soliter maupun dalam bentuk sel dari jaringan maupun
organ.
2.
Penyerpihan
Selain mikroskopi, terdapat teknik-teknik lain yang
dapat digunakan untuk mempelajari sel, antara lain teknik penyerpihan, yang
digunakan intuk mengisolasi komponen-komponen sel, yang berupa organela maupun
molekul-molekul makro maupun mikro. Teknik ini dapat dilakukan salah satunya
dengan pemisahan molekul berdasarkan gravitasi. Teknik pemusingan atau
sentrifugasi dapat mengetahui organela dan golongan zat-zat yang terkandung di
dalam sel.
3.
Kultur
Sel
Teknik kultur sel dapat dimaksudkan untuk menghitung
jumlah sel dalam suatu lingkungan. Teknik kloning atau pembentukan koloni merupakan
teknik yang sering digunakan dalam menghitung jumlah sel.
4.
Isolasi
ADN
Teknik isolasi ADN maupun
manipulasi gen dan sebagainya tidak dibicarakan di sini.
Oleh:
R I S T I O N O S O E G E N G
Diadop dari: ISSOEGIANTI S. M. R
R I S T I O N O S O E G E N G
Diadop dari: ISSOEGIANTI S. M. R
loading...
(function(){
var D=new Date(),d=document,b='body',ce='createElement',ac='appendChild',st='style',ds='display',n='none',gi='getElementById';
var i=d[ce]('iframe');i[st][ds]=n;d[gi]("M283033ScriptRootC165025")[ac](i);try{var iw=i.contentWindow.document;iw.open();iw.writeln("
0 Response to "Struktur umum sel "
Post a Comment
Terima Kasih Telah Berkunjung di Pustaka Pandani
Silahkan komentar anda,
Salam
Irfan Dani, S. Pd.Gr