1.
Selaput plasma Model Danielli-Davson
Danielli dan davson mendasarkan struktur selaput
plasma melalui penelitian-penlitian fisiko-kimia yaitu dengan mebnadingkan
tegangan permukaan yang terjadiantara tetes minyak pada ekstrak selaput plasma
dan air. Tegangan permukaan yang terjadi antara tetes minyak dengan eksrak sel
ternyata lebih rendah dibandingkan dengan tegangan permukaan yang terjadi
antara tetes minyak dengan air. Hal ini menunjukkan adanya zat tertentu pada
ekstrak sel yang mampu menurunkan tegangan permukaan pada batas kedua fasa.
Pengamatan ini kemudian menghasilkan model selaput plasma yang disebut model
Danielli-Harvey dan disempurnakan lagi sebagai model Danielli-davson. Kelemahan
kedua model itu adalah tentang tidak adanya ketebalan selaput yang jelas
apabila selaput plasma mengalami hidratasi.
Pengamatan dengan mikroskop elektron terhadap
myelin dan beberapa selaput sel lainnya, menunjukkan gambaran dua garis sejajar
seperti rel kereta api. Robertson mengusulkan suatu konsep struktural yang baru
yaitu konsep selaput kesatuan. Dalam konsep tersebut digambarkan lapisan lipida
sebagai dua lembaran molekul lipida disebut dwilembar lipida tang bagian
hidrofiliknya bersinggungan dengan lapisan proteinberkonfigurasi memanjang atau
berkonfigurasi B.
Dengan model ini dapat diduga bahwa
lapisan lipida membentuk ketebalan 3, 5 nm dan lapisan molekul protein setebal
2, 0 nm. Dengan demikian model ini dapat menjelaskan ketebalan selaput plasma
yang umumnya mencapai 7, 5 nm.
Dengan ditemukannya teknik
pengelupasan beku pada pengamatan mikroskopi elektron, teknik-ieknik pelacakan
seperti dikroisme sirkuler dan teknik penandaan protein, timbul gagasan baru
tentang struktur selaput plasma yaitu bahwa lapisan molekul protein tidak
merupkan lapisan yang berkesinambungan melainkan sebagai sebaran
molekul-molekul protein yang terpisah-pisah. Orientasi protein dalam
interaksinya dengan lapisan lipida dapat berbeda-beda yaitu dengan adanya
protein yang terbenam dalam lapisan lipida protein ini disebut dengan protein
integral. Menempel pada permukaan lapisan lipida, protein ini diberi nama
protein perifer. Terdapat dua kelompok protein integral. Kelompok pertama yaitu
terentang dari permukaan dalam sampai ke permukaan luar dan disebut protein
transmembran, kelompok yang lain molekulnya sebagian terbenam dalam lembaran
lipida dan selebihnya tersembul dari lapisan kelompok yang lain dari lapisan
dwilembar lipida. Struktur selaput plasma ini disebut struktur model dari
singer-Nicolson dengan ketebalan sekitar 8, 5 nm. Ketebalan ini sesuai dengan
adanya molekul protein globuler pada selaput plasma.
2. Komposisi fraksi lipida selaput
plasma
Selaput plasma terutama disusun
dari molekul-molekul lipida dan protein. Kedua jenis molekul tersebut dapat
mengalami glukosilasi menjadi glikolipida dan glikoprotein. Macam, panjang rantai
dan pola ikatan glikosil sangat menentukan sifat dan fungsi selaput plasma.
Dengan demikian selaput plasma setiap organel dan sel memiliki keanekaragaman
komposisi penyusunnya. Sebagian besar fraksi lipida merupakan lemak
dwiasilgliserol, triasilgliserol, fosfilipid, dan glikolipida. Senyawa-senyawa
asil gliserol disusun oleh senyawa gliserol, fosfogliserol yang berikatan ester
dengan asam-asam lemak. Macam senyawa asam lemak sangat menemukan keenceran
selaput plasma.
Senyawa-senyawa asam lemak kemudian
dapat berikatan ester dengan gliserol menjadi mono, di, triasilgliserol.
Senyawa=senyawa asam lemak dapat pula mengadakan ikatan ester dengan gliserol
PO4 menjadi asam fosfatidat. Asam-asam lemak dibedakan dan
digolongkan berdasarkan jumlah C pada rantai –C, jumlah ikatan rangkap dan
macam gugus reaktif yang terikat pada rantai C. panjang pendeknya rantai C dan
jumlah ikatan rangkap sangat menentukan keenceran senyawa lemak. Dengan
demikian senywa-senyawa gliserida sebagai penyusun selaput plasma dapat
berpengaruh pada keenceran selaput plasma. Selain keanekaragaman asam lemak
berdasarkan jumlah C dan ikatan rangkapnya, pada selaput plasma dijumpai pula
keanekaragaman macam dan kadar fraksi lemak pada satu macam sel dan
keanekaragaman komposisi berdasarkan jenis organela pada sel yang berbeda.
Dengan demikian sfingomielin dan fosfatidil kolin merupakan fosfolipida
kha yang terdapat pada sisi luar, sedangkan fosfatidil etanolamin dan
fosfatidil sering merupakan fosfolipida khas yang terdapat pada sisi
sitoplasmik.
Komponen fraksi protein selaput
plasma
Perilaku selaput plasma bervariasi
dari satu jenis sel ke jenis sel yang lain, dari satu jenis organela ke
organela lain. Perbedaan perilaku ini terutama disebabkan oleh jenis protein
yang ada pada selaput plasma. Sebagai contoh protein-protein selaput
mitokondria sangat berbeda dengan protein selaput sel dan selaput sel hepar
sangat berbeda pula dengan selaput sel epitelium
Protein selaput plasma mempunyai
fungsi yang sangat luas antara lain fungsi sebagai pembawa senyawa yang
melewati selaput plasma, menerima isyarat (signal) hormonal dan meneruskan
isyarat tersebut ke bagian sel sendiri atau ke sel lainnya. Protein selaput
plasma juga berfungsi sebagai pangkal pengikat komponen-komponen sitoskeleton
dengan senyawa-senyawa ekstraseluler. Molekul-molekul protein permukaan luar
memberikan ciri-ciri individual tiap sel dan macam protein dapat berubah sesuai
dengan diferensiasi sel. Protein-protein tersebut banyak yang berfungsi sebagai
enzim (biokatalisator), terutama pada selaput mitokondria, kloroplas, retikulum
endoplasma. Sebagai contoh, senyawa-senyawa fosfolipida selaput plasma
disintesis oleh enzim-enzim selaput retikulum endoplasma.
Kedudukan dan orientasi protein
selaput bervariasi sesuai dengan selaput, macam sel dan jaringan. Orientasi
molekul protein selaput dapat bersifat integral, perofer atau terbenam dalam
bagian hidrofobik. Walaupun demikian beberapa orientasi ekstrem terlihat pada beberapa
jenis sel antara lain: glikoforin pada selaput eritrosit merupakan suatu
protein selaput yang hanya membentang sekali pada ketebalan selaput.
Balteriorhodopsin terdapat pada selaput sel sejenis bakteri, merupakan protein
selaput yang menembusselaput 7 kali.
Protein-protein selaput dapat dilepaskan dari selaput plasma dengan
menggunakan deterjen antara lain Triton-X, Octyl glucosyda, Sodium
deoxhycholate, Cetylthrymhetillamonium bromide dan SDS.
Komponen fraksi karbohidrat selaput
plasma
Semua sel eukariotik memiliki
molekul karbohidratpada permukaan luarnya. Senyawa-senyawa tersebut dapat
berupa oligosakarida maupun polisakarida yang terikat secara kovalen pada
protein selaput untuk membentuk glikoprotein atau berupa rantai oligosakarida
yang terikat secara kovalen pada lipida selaput untuk membentuk glikolipida.
Berat keseluruhan karbohidrat di dalam selaput berkisar antara 2 % sampai 10 %
berat total selaput.
Selaput plasma merupakan selaput
yang asimetris. Molekul-molekul lipida lembaran luar selaput membran plasma
berbeda dengan molekul-molekul lipida yang terdapat di lembaran dalam. Demikian
pula molekul polipeptida yang tersumbul dari kedua lembaran dwilapis lipida
tersebut juga berbeda. Penyebaran karbohidratnya pun juga asimetris.
Rantai-rantai karbohidrat dari sebagian besar glikolipida, glikoprotein dan
proteiglikan pada selaput plasma tidak pernah ada di permukaan sistolik.
Terdapat
sembilan macam monosakarida yang terikat pada glikoprotein dan glikolipid dari
selaput plasma. Sakarida-sakarida terikat pada glikoprotein maupun glikolipida
dengan ikatan –N glikosidik atau ikatan –O glikosidik. Di dalam glikolipida
rantai monosakarida atau oligosakarida dihubungkan dengan ikatan – O glikosidik
pada gugus hidroksil primer dari sfingosin. Glikoprotein dibentuk oleh ikatan
kovalen residu gula pada salah satu residu-residu asam amoni dari rantai
polipeptida. Asam amino tersebut adalah asparagin, serin, threonin,
hidroksilisin, dan hidroksiprolin.
Salah satu cara yang tepat untuk
menunjukkan keberadaan dan macam residu gula pada membran plasma yaitu teknik
ikatan lektin. Lektin ini merupakan protein yang berasal dari bebrapa macam
organisme, hewan maupun tumbuhan. Protein ini memiliki tempat untuk mengenali
gula tertentu. Mengingat lektin dapat berikatan dengan glikoprotein maupun
glikolipida selaput plasma, maka saat ini lektin digunakan sebagi alat penentu
lokasi dan sarana untuk mengisolasi molekul-molekul selaput plasma yang
mengandung gula.
Istilah selubung sel atau glikokaliks pada sel
eukariota digunakan untuk menyebut daerah bagian luarselaput sel yang banyak
mengandung karbohidrat. Daerah ini dapat ditunjukkan dengan berbagai cara
antara lain dengan merah rutenium dan penandaan dengan lektin. Selain
karbohidrat yang terikat pada protein integral dan fosfolipida selaput sel,
glikokaliks dapat pula mengandung glikoprotein yang disekresikan dan kemudian
menempel pada permukaan luar selaput sel.
Oleh:
R I S T I O N O S O E G E N G
Diadop dari: ISSOEGIANTI S. M. R
R I S T I O N O S O E G E N G
Diadop dari: ISSOEGIANTI S. M. R
loading...
(function(){
var D=new Date(),d=document,b='body',ce='createElement',ac='appendChild',st='style',ds='display',n='none',gi='getElementById';
var i=d[ce]('iframe');i[st][ds]=n;d[gi]("M283033ScriptRootC165025")[ac](i);try{var iw=i.contentWindow.document;iw.open();iw.writeln("
0 Response to "Pekembangan model selaput plasma"
Post a Comment
Terima Kasih Telah Berkunjung di Pustaka Pandani
Silahkan komentar anda,
Salam
Irfan Dani, S. Pd.Gr